Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Masihkah Kalian Mendengar Musik Keroncong?

Diperbarui: 16 Oktober 2018   18:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ubiet & Kroncong Tenggara membawakan musik keroncong (dok. Synchronize 2018)

Alunan musik keroncong itu mengalun di District Stage pada hari ketiga pergelaran Synchronize 2018. Lagu Keroncong Kemayoran itu menarik perhatian para pengunjung untuk lebih mendekat. Mereka, para musisi senior dengan kompak memainkan berbagai alat musik, menciptakan harmoni yang indah untuk mengiringi salah satu lagu daerah Jakarta.

La la la la la la la laaa
Laju laju perahu laju
Jiwa manis indung di sayang
La la la la la la la la laaa
Laju sekali laju sekali ke surabaya

Kelompok musik yang menyebut dirinya Ubiet & Kroncong Tenggara ini dengan semangat terus memainkan alat musiknya dan bernyanyi. Alunan vokal yang dibawakan Nya Ina Raseuki alias Ubiet ini begitu merdu, rasanya adem mendengarnya setelah beberapa saat sebelumnya mendengarkan tembang-tembang cadas di panggung sebelah. Lagu-lagu populer keroncong pun satu-persatu dimainkan. Aku tak tahu judulnya, namun lagu-lagunya terasa tak asing.

Lagu-lagu yang dimainkan Ubiet & Kroncong Tenggara terasa begitu kaya dan mengandung berbagai unsur musik lainnya. Formasi pemainnya terdiri dari pemain cello, akordeon, flute, saxosphone, kendang, bas, dan ukulele. Perpaduan unsur etnik dan musik modern.

Kehadiran Ubiet & Kroncong Tenggara ini membuat festival musik ini terasa berwarna-warni. Ada dangdut, jazz, hip hop, pop, rock, india, EDM, gambus, dan masih banyak lagi. Ini membuktikan Indonesia begitu kaya akan genre musik. Genre musik dari luar juga umumnya beradaptasi dengan unsur lokal melahirkan subgenre yang unik. 

Monumen maestro keroncong Gesang di Solo (dok. Tribun Solo)

Setelah era Gesang (alm), memang ada kekhawatiran terhadap masa depan musik keroncong. Gesang menjadi salah satu musisi yang berhasil mengangkat nama keroncong ke tingkat mancanegara. Lagu Bengawan Solo banyak disukai warga Jepang. 

Andil lainnya adalah dari Manthous dan Didi Kempot yang memadukan keroncong dan unsur dangdut atau yang umumnya disebut congdut atau campursari. Selain nama-nama tersebut, pendekar keroncong Indonesia di antaranya adalah Sundari Soekotjo, Ismail Marzuki, Mus Mulyadi, dan Waldjinah.

Musik keroncong memang saat ini seolah-olah kurang bergaung, kalah dengan genre lainnya. Sangat jarang musik keroncong ditampilkan pada even besar. Pecinta musik keroncong dari generasi muda dan musisi muda yang mengusung genre ini juga tidak banyak terlihat, selain Bondan Prakoso yang pernah berkolaborasi dengan Fade 2 Black membawakan Keroncong Protol.

Padahal musik keroncong banyak mendapat apresiasi dari pecinta seni mancanegara. Pada tahun 1920-an ada banyak lagu-lagu keroncong yang direkam dan dipasarkan ke berbagai negara Eropa dan Amerika. 

Pada era kini pernah hadir keroncong dengan memasukkan alat musik tradisional China dan disebut keroncong Mandarin. Lagu yang dibuat iramanya menjadi keroncong, salah satunya adalah Yue Liang.

Di Amerika juga hadir kelompok musik keroncong dengan nama Orkes Keroncong Rumput. Mereka pada Juni-Juli lalu mengadakan tur ke berbagai kota di Indonesia. Meskipun baru dua tahun berdiri, kelompok musik yang digawangi Hannah Standiford ini piawai membawakan lagu-lagu keroncong berbahasa Indonesia dan Jawa seperti Yen in Tawang ono Lintang, Di Bawah Sinar Bulan Purnama, Wedang Kacang, dan Walang Kekek. 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline