Hawa yang sejuk membuat acara jalan-jalan petang menyusuri bangunan bersejarah di Macao jadi terasa menyenangan dan tidak terasa melelahkan. Kami berjalan kaki dari hotel menuju Kuil A-Ma, singgah menikmati Portuguese Egg Tart, kemudian susur bangunan ikonik dan bangunan bersejarah. Semuanya kami lakukan dengan berjalan kaki.
Tidak ada rencana khusus dalam jalan-jalan petang ini. Kami berhenti jika menemukan obyek yang menarik, sambil memerhatikan petunjuk obyek wisata yang tersebar. Rupanya sepanjang perjalanan kami menemukan bangunan bersejarah, baik yang memiliki unsur Asia seperti China, juga unsur Eropa yaitu Portugis. Oh ya ada juga bangunan yang terpengaruh dari bangsa Moor alias kaum muslim Arab atau dari Afrika Utara yang masuk dan tinggal di Andalusia Eropa pada masa lalu.
Setelah puas menjelajahi kuil tertua di Macao, Kuil A-Ma (Temple de Ama) yang merupakan klenteng tertua di Macao, maka perjalanan pun berlanjut. Kami menapaki jalan yang rata-rata menggunakan bahasa Portugis menuju Moorish Baracks. Kenapa banyak nama jalan dan bangunan berbahasa Portugis dan peninggalan bangunan Portugis? Hal ini dikarenakan Macao pernah diduduki Portugis pada abad ke-16 hingga tahun 1999. Alhasil pengaruh budaya Portugis di Macao ini cukup kental dan menghasilkan akulturasi budaya yang unik. Bangunan-bangunan lawas bersejarah ini kemudian menjadi cagar budaya yang masuk dalam World Heritage.
Kami melewati gang yang menanjak. Kemudian kami berjumpa dengan bangunan cantik yang memiliki unsur bangsa Moor, yaitu Moorish Baracks. Bangunan ini didirikan pad atahun 1874 oleh arsitek berbagsa Italia, Cassuto untuk akomodasi bangsa India dari Goa yang membantu memperkuat kesatuan polisi Macao. Bangunan ini menunjukkan ada hubungan kuat antara Portugis, Macao, dan Goa. Moorish Barracks yang memiliki aristektur neo klasik dengan pengaruh arsitektur Islam ini digunakan untuk mengawasi lalu lalang kapal yang masuk dan keluar dari pelabuhan
Di Lilau Square ini banyak kaum lansia yang menikmati sore hari dengan duduk-duduk dan mengobrol. Largo do Lilau memiliki bentuk bangunan yang cantik dengan tudung seperti payung di tiap jendelanya. Tak jauh dari bangunan tersebut terdapat bangunan krem yang juga merupakan bangunan lawas bangsa Portugis. Kompleks bangunan ini terkenal sebagai tempat untuk menikmati suasana ala musim semi. Dulunya kawasan ini merupakan tempat tinggal awal para residen Potugis tiba di Macao karena memiliki atmosfer bak Mediterania. Lokasinya yang berdekatan dengan rumah-rumah tradisional China menunjukkan ada keselarasan antar kultur yang berbeda. Sementara itu Casa do Mandarim yang merupakan rumah tokoh sastra Zhen Guanying didirikan tahun 1869. Buku karyanya "Words of Warning in Times of Prosperity" disebut memiliki pengaruh bedar pada Kaisar Guangxu, Dr. Sun Yat Sen dan Mao Tse Tung, dimana tokoh-tokoh tersebut memberikan dampak signifikan pada perubahan sejarah di kawasan China.
Setelah itu kami singgah di gereja cantik, Igreja de S. Lourenco (Gereja St. Lawrences). Gereja ini luas dan dikelilingi taman yang cantik. Gereja St. Lawrence ini didirikan sekitar abad ke-16. Kemudian mengalami kerusakan sehingga mengalami rekonstruksi lima kali pada tahun 1618, 1768, 1846, 1898 dan 2006. Arsitektur gereja ini menganut gaya Portugis. Patung St. lawrence berada di belakang altar, dengan dua kapel, Mary Health of The Sick dan Kapel Sacred Heart of Jesus.
Kemudian kami melewati bangunan krem dengan jendela kayu berwarna cokelat dengan unsur Portugis yang bernama Calcada de Santo Agostinho. Naik ke atas ada bangunan cantik berwarna hijau muda yang terawat, namanya adalah Teatro Dam Pedro V. Di sebelahnya juga ada bangunan klasik yang bernama Seminario e Igreja de Sao Jose. Bangunan ini sudah pernah kami singgahi sebelum ke hotel.
Tujuan berikutnya adalah salah satu tempat paling terkenal di Macao, yaitu Largo do Senado. Wah tempat ini begitu ramai saat petang hari. Banyak wisatawan dan masyarakat lokal yang menikmati duduk-duduk dan belanja di sini.
Di sini juga ada bangunan klasik bernama Instituto para os Assuntos Civicos e Municipais dan berbagai bangunan bersejarah lainnya. Tempat ini juga menjadi surga belanja karena ada banyak toko dan pasar kecil yang menjual suvenir dan berbagai barang lainnya yang pas jadi buah tangan.
Wah kami sudah lapar. Aku sendiri terakhir isi perut dengan nasi lemak pas di dalam pesawat. Setelah makan malam kami bakal lanjut nongkrong di Largo do Senado, foto-foto di depan Igreja de Sao Domingos dan menikmati suasana malam hari di sekitar reruntuhan St. Paul.
Duduk-duduk sambil berfoto di depan Igreja de Sao Domingos (Gereja St Dominic) asyik juga. Gereja ini memiliki gaya baroque dan didirikan tahun 1587. Selain gaya baroque, gereja ini memiliki sentuhan Portugis dan Macanese.