"Di daerah ini memang susah sinyal?" Ellen bertanya dengan mata tetap tertuju ke ponselnya.
"Kalau di sini, orang bilang sinyal GSM, geser sedikit mati," tukas Melki, petugas hotel sambil tertawa terbahak-bahak dengan gurauannya.
Susah Sinyal termasuk film yang dinantikan pada akhir tahun ini. Banyak yang berharap film ini bakal menyamai atau malah melebihi kesuksesan film Cek Toko Sebelah yang sama-sama disutradarai oleh Ernest Prakasa. Sayangnya harapan saya tak terkabul. Setelah menonton film ini, yang membekas di benak, hanya lagu By My Side yang dibawakan Rendy Pandugo yang menjadi salah satu soundtrack Susah Sinyaldan gantengnya bang Darius Sinathrya sebagai pengacara, kompetitor Ellen.
Susah Sinyal bercerita tentang hubungan ibu dan anaknya yang sulit. Si Ibu, Ellen (Adinia Wirasti) sibuk bekerja sebagai pengacara. Ia fokus berkarier setelah bercerai, sedangkan putrinya semata wayang, Kiera (Aurora Ribero) ia titipkan ke ibunya, Agatha (Niniek L. Karim). Alhasil Kiera sangat dekat dengan neneknya.
Kesibukan Ellen makin bertambah ketika ia memutuskan untuk membuka kantor pengacara bersama rekannya, Iwan (Ernest Prakasa). Sementara itu, Kiera berupaya untuk mengikuti sebuah kontes bakat agar dapat mengikuti jejak penyanyi idolanya, Andien.
Konflik pun bermula ketika sang nenek meninggal dan Kiera merasa terpukul. Pihak sekolah menyarankan Ellen untuk mengajaknya berlibur. Kiera pun setuju dan memilih Sumba sebagai tujuan berlibur. Rupanya resort di Sumba susah sinyal. Kiera merasa dongkol karena sulit mengakses media sosial, sedangkan Ellen sulit berkoordinasi dengan Iwan atas kasus perdana mereka.
Spoiller Alert ! Kuusahakan seminim mungkin
Premis film ini menarik yakni tentang sulitnya berkomunikasi di kawasan Indonesia Timur karena susah sinyal. Sebuah kritikan yang halus tentang kondisi infrastruktur telekomunikasi di Indonesia saat ini yang belum merata. Namun, Ernest tidak berfokus pada tema besar tersebut, susah sinyal hanya menjadi salah satu komponen cerita. Tema besar film ini adalah hubungan yang sulit antara ibu single parent dan putrinya yang telah beranjak remaja.
Dibandingkan Cek Toko Sebelah, ceritanya kurang solid dan solusinya terkesan begitu saja. Perpindahan ceritanya juga kurang halus, dari Jakarta ke Sumba, balik Jakarta lagi kemudian ke Sumba. Alasan dan motivasi untuk kembali ke Sumba tersebut kurang kuat. Drama antara Ibu dan anak terasa kurang menggigit dan hambar. Kiera menurutku lebih terkesan sebagai remaja yang egois dan manja, dibandingkan sosok remaja yang kesepian ditinggal sang nenek. Adinia Wirasti yang biasanya berperan apik seperti di Cek Toko Sebelah, Ada Apa dengan Cinta 2, dan Critical Eleven, di sini kurang berhasil menciptakan chemistry bersama Aurora Ribero.
Malah pesan tentang hubungan Ibu dan anak lebih nampak pada kasus yang ditangani Ellen. Cassandra (Gisella Anastasia) berebut hak asuh anak dengan Marco (Gading Martin). Di sini Gisella tampil lebih baik dibandingkan saat ia berperan sebagai kekasih Ernest di Cek Toko Sebelah, ia terlihat sebagai seorang ibu yang benar-benar takut kehilangan putranya.
Unsur dramanya memang terasa kurang, namun bagi penggemar film komedi dan fans para komika, maka film ini bakal sangat menghibur. Ada banyak adegan dan dialog yang mengguncang tawa, meski kadang-kadang guyonannya agak garing dan dipaksakan. Unsur komedi ini disumbangkan para komika dan pelawak yang hadir di film ini, di antaranya Ernest Prakasa, Asri Welas, Abdur Arsyad, Arie Kriting, Dodit Mulyanto, Aci Resti, Ge Pamungkas, Arief Didu, Henky Solaiman, dan Soleh Solihun.