Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

KOMIK Ngoplah tentang Medsos dan Terorisme

Diperbarui: 18 Juni 2017   23:17

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Peserta KOMIK Ngoplah (dokpri)

Orang tua saat ini kiranya perlu mengawasi media sosial yang diikuti oleh para anak remajanya. Oleh karena ada berbagai kisah bagaimana mereka bergabung menjadi anggota dan simpatisan ISIS lewat media sosial.

Kemarin petang, KOMIK mengadakan Ngobrol di Palmerah (Ngoplah) dengan tema yang lumayan berat. Tahun ini sudah beberapa kali KOMIK mengadakan acara nobar sekaligus diskusi dengan tema yang serius namun hal tersebut dirasa perlu karena merupakan realita yang terjadi di sekitar kita.

Ngoplah merupakan agenda baru KOMIK. Pada Ngoplah kali pertama ini KOMIK menggandeng Yayasan Prasasti Perdamaian, sebuah yayasan yang menggelorakan semangat perdamaian juga berupaya menggali masalah dan memberikan solusi terkait dengan aksi teroris dan konflik politik. Institusi yang dibentuk tahun 2008 ini memiliki slogan 'Bridging Without Prejudice".

Sebelum diskusi dengan para narasumber yang terdiri atas Dete Aliah, Researcher dan Managing Director YPP, dan seorang mantan teroris bernama Baim, Komik'ers menonton film pendek terlebih dahulu berjudul "Jihad Selfie" (Social Media, Youth, and Extremist).

Film berjudul Jihad Selfie ini merupakan film dokumenter besutan Noor Huda Ismail. Film pendek ini berkisah tentang seorang remaja bernama Akbar yang resah karena kawan-kawan sebayanya dari Indonesia bergabung dengan ISIS. Rupanya media sosial menjadi cara baru perekrutan tersebut. Sasarannya umumnya remaja yang jiwanya masih labil dan ingin tampil eksis.

Selanjutnya, narasumber yang telah tobat menjadi teroris berkisah jika Indonesia seharusnya mulai was-was dengan jaringan ISIS yang mulai hadir. Jumlah anggota dan simpatisannya cukup banyak, bisa jadi mereka ada di sekeliling kita.

ISIS menurut ia lebih brutal dari jaringan teroris Al Qaedah karena suka menyasar warga sipil dan polisi. Yang suka direkrut mereka menjadi anggota dan simpatisan adalah kaum muda dan mereka yang masih labil dalam proses mencari jati diri dan pemahamannya kurang. Dengan sistem pengkaderan tertentu, mereka seolah dicuci otak dan mau melakukan apa saja, seperti membunuh atau melakukan bom bunuh diri. Ia menuturkan jika di Indonesia masih ada kerentanan dan celah sehingga aksi jual beli dan pengedaran senjata untuk diberikan kaum teroris masih bisa dilakukan.

Sebelum Jihad Selfie, YPP juga melakukan road show tentang film bertemakan bom Bali. Proyek ke depan adalah sebuah film pendek tentang para warga Indonesia yang pernah terlibat dalam aksi teroris, namun Dete mengaku masih memikirkan formatnya agar narasumber dan keluarganya aman, karena bisa jadi mereka dianggap pengkhianat oleh jaringan teroris tersebut.

Kenang-kenangan dari KOMIK ke mba Dete YPP (dokpri)

Acara Ngoplah ditutup dengan kuis dan buka bersama. Menu buka bersama ini adalah ayam bumbu Bali plus abon, teri, dan sambal goreng kentang dari Gula Jawa.

Menu Bukber dari Gula Jawa yang enak (dokpri)

Logo KOMIK (dok. KOMIK)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline