Di sebuah pertunjukan tari kontemporer yang dibawakan kelompok penari dari Sumatera Barat aku tertegun ketika penari tersebut membawakan kisah dengan diringi saluang. Musik dari tiupan saluang itu demikian indah, menghipnotis.
Saluang merupakan seruling khas masyarakat Sumatera Barat yang terbuat dari bambu tipis. Konon, dengan teknik pernafasan tertentu pemainnya bisa meniup sekaligus bernafas secara bersamaan sehingga nadanya tak terputus.
Perasaan seolah terhipnotis oleh musik juga pernah kualami ketika menonton Festival Musik Bambu Nusantara di Jakarta International Kemayoran beberapa tahun silam. Seorang penyanyi wanita membawakan lagu pop dengan cengkok Sunda dan iringan seruling dan musik bambu lainnya. Hasilnya adalah pertunjukan yang fantastis.
Festival Musik Bambu Nusantara merupakan even yang menarik karena menggunakan instrumen musik dari bambu dan beberapa di antaranya berkolaborasi dengan instrumen modern untuk menampilkan nomor lagu rock, jazz, dan pop. Dengan adanya festival ini masyarakat juga dapat mengenal ragam instrumen musik dari bambu yang bersifat etnik. Ada seruling, calung, angklung, kolintang, celembung, lodong, karinding dan sebagainya.
Saya sependapat dengan kompasianer Gentur Adiutama bahwa Indonesia begitu kaya akan musik etnik dan lagu daerah yang indah. Hampir setiap daerah memiliki alat musik dan lagu tradisional sehingga bisa jadi ada puluhan bahkan mungkin ratusan musik etnik nusantara.
Musik etnik merupakan bagian dari genre yang disebut world music. Musik dunia ini merupakan musik rakyat, bersifat etnik dan juga bisa jadi merupakan musik kolaborasi antara modern dan etnik.
Di sebuah MOOC terkenal, aku pernah mengikuti kursus online tentang Listening to World Music yang diadakan Universitas Pennsylvania. Di dalam kursus tersebut, kami diajak berkenalan dengan musik unik dari masyarakat Aborigin, Mongolia, para bushmen di Afrika, Indian, dan suku-suku lainnya. Sayangnya musik etnik Indonesia belum disebut-sebut, padahal dari keragaman musik etniknya maka Indonesia bisa jadi juara.
Saat ini instrumen musik daerah yang banyak dikenal adalah gamelan, angklung, mandolin, dan seruling. Masih banyak yang bisa diperkenalkan ke dunia. Untuk lagu-lagu daerahnya memang even seperti festival paduan suara bisa menjadi media untuk pengenalan lagu-lagu tersebut ke masyarakat luas dan dunia.
Indonesia dan Peluang dari Genre World Music
Saat masih aktif di paduan suara mahasiswa kami sering mempertunjukan lagu-lagu daerah. Di sebuah kesempatan kami diajak berkolaborasi dengan band Krakatau membawakan "Anoman Obong". Sebuah kesempatan kolaborasi yang sangat berkesan. Saat gladi resik saya terkagum-kagum bagaimana lagu daerah tersebut bisa menjadi terasa megah dan bernuansa baru ketika diracik ulang. Ketika SMA, kami juga diajak meracik ulang lagu "Suwe Ora Jamu" dengan format gamelan dan band sehingga lagunya terkesan modern.
Saat mempelajari lagu "Lajangan" ala Kahitna saya juga bersemangat. Ternyata susah meniru cengkok Madura. Lagu "Lajangan" yang berkisah tentang keseruan bermain layang-layang versi Kahitna menjadi lebih ngepop.