Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Solo Travelling Tetap Asyik dan Aman Berkat Ini

Diperbarui: 11 Desember 2016   00:03

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Senangnya berlibur ke Bali baik beramai-ramai maupun sendirian (dokpri)

Siapa bilang solo travelling alias bepergian sendirian itu membosankan dan bisa bikin mati gaya? Kalau saya sih senang-senang saja, baik bepergian bersama kawan-kawan, berdua bersama suami, atau jalan sendirian. Memang ada plus minusnya saat melakukan solo travelling, apalagi bagi kaum perempuan. Akan tetapi jika membawa benda-benda berikut ini dalam tas atau dalam saku, maka perjalanan seorang diri pun bisa tetap terasa  seru, nyaman, dan juga aman.

Sebagai langkah awal agar solo travelling tetap aman, maka jangan sampai mengunggah status atau foto bahwa Kalian hendak bepergian sendirian. Kalau diberitahukan ke pasangan, keluarga, dan sahabat sih tidak apa-apa dan memang perlu. Akan tetapi jika status tersebut dibaca orang-orang yang tidak berhubungan dengan Kalian bisa berbahaya. Lebih baik kumpulkan foto-fotonya dalam memori ponsel atau ditransfer ke laptop, baru setelah sekembali dari perjalanan tersebut diunggah.

Saya beberapa kali melakukan perjalanan seorang diri, baik antar kota, antar pulau, maupun ke negara tetangga. Paling enak jika kita berangkat sendiri dan di sananya dijemput atau difasilitasi, tapi tidak semuanya seperti itu. Ada kalanya semuanya, dari proses berangkat dan kembali juga segala urusan dilakukan sendiri. Meski demikian saya merasa tidak pernah benar-benar sendirian. Biasanya ketika berada di penginapan atau di sebuah lokasi wisata, saya berjumpa dengan kawan-kawan yang memiliki minat sama atau penduduk lokal yang bersahabat dan terpercaya. Sehingga kadang-kadang rencana semula pun berubah, dan biasanya malah lebih seru dan hemat hehehe.

Solo travelling dengan pesawat dan bepergian dengan kereta ataupun bus dan ferry tentunya memiliki tingkat risiko yang berbeda. Saya pernah melakukan perjalanan dari Jakarta ke Bali lewat darat dan laut dengan mode transportasi beragam dari kereta, bus, dan ferry. Saya sendiri merasa naik pesawat lebih aman karena waktu perjalanannya yang relatif singkat jika dibandingkan dengan naik kereta atau bus antarkota.

Saat naik pesaat biasanya barang yang saya bawa lebih banyak dibandingkan saat naik kereta atau bus, terutama kamera. Saat bepergian dengan naik pesawat saya suka membawa kamera digital ataupun kamera instax yang seperti kamera polaroid, fotonya bisa langsung dicetak. Oleh karena sifatnya yang lebih bagus untuk memotret di luar ruangan, maka saya fungsikan kamera instax untuk mendapatkan foto-foto perjalanan yang unik. Tetapi, jika berganti-ganti mode transportasi kamera digital itu saya hilangkan dari daftar bawaan. Fungsinya masih bisa digantikan dengan smartphone.

Oleh karena perjalanan ke Bali dari Jakarta cukup jauh ditempuh via darat maka aku pun menyiapkan bawaan sebaik-baiknya. Makanan dan pakaian sudah pasti. Oleh karena di sana perlu melakukan aktivitas tulis-menulis maka aku pun membawa notebook. Untungnya notebook-ku ukurannya mungil dan ringan sehingga bisa kubawa dalam tas yang mudah dibawa-bawa. Notebook itu kututupi dengan selapis kaus t-shirt agar tidak mencolok. Jika notebook kutaruh dalam tas kecil yang bisa disampirkan ke pundak, maka pakaian, perlengkapan mandi, dan makanan kutaruh dalam ransel. Saat aku ngantuk dan tidur di kereta, tas kecil itu tertutup oleh badanku, sedangkan tas ransel berada di ujung kaki yang kugembok dan talinya kuingatkan ke kaki. Saat itu kereta tidak begitu penuh dan aku tidak punya teman sebangku di kereta bisnis, jadinya aku bisa tidur selonjor.

Lumayan bisa tidur cukup nyenyak, saat terbangun langit masih gelap. Aku tidak mati gaya karena bisa mendengarkan musik lewat ipod mini yang kutaruh di saku jaket. Sedangkan dengan smartphone, aku bisa memberitahukan posisiku saat itu kepada pasangan dan ke keluarga. Aku bisa membaca e-book sambil menunggu kereta tiba di tujuan.

Pemutar musik berukuran mungil ini benar-benar sahabatku saat bepergian sendirian (dokpri)

Pada saat berganti kereta dan menunggu cukup lama di stasiun, aku pun bisa membuat tulisan. Agar tidak mencolok aku mengetik tulisan lewat aplikasi notes di ponsel. Aku juga memotret situasi di stasiun dan membuatnya jadi sebuah artikel tersendiri.

Memotret di balik jendela kereta via smartphone juga menyenangkan (dokpri)

Ketika tiba di lokasi tujuan, wah tentunya aktivitas memotret menjadi-jadi. Untung bawa power bank sehingga baterai ponsel terselamatkan dan tidak sampai kehilangan momen dan kehilangan obyek gara-gara ponsel mati. Setelah tiba di penginapan, baru deh foto-foto tersebut ditransfer ke notebook.

Jika bingung suatu lokasi saat berjalan-jalan, aku juga menghidupkan GPS dan menggunakan aplikasi peta sehngga orang-orang di sana tidak mencurigaiku sebagai orang asing di kawasan tersebut. Saat naik kendaraan umum pun aku coba memperhatikan plat nomornya dan memberitahukan ke orang terdekat buat berjaga-jaga. Solo travelling memang perlu kewaspadaan tinggi agar selalu aman.

Saat ini kamera di ponsel memang kualitasnya cukup bagus dan tidak kalah dengan kamera digital. Kelemahannya umumnya memotret pasca matahari terbenam. Memang ada blitz tapi memotret dengan blitz menurutku menghasilkan foto yang kurang cakep.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline