Film Inferno yang merupakan sekuel dari The Da Vinci Code dan Angels & Demons banyak mendapat ulasan negatif dari para penonton. Sebagian kecewa dengan alur ceritanya yang mudah tertebak dan tidak sekompleks petualangan-petualangan Robert Langdon sebelumnya. Saya sendiri tidak terpengaruh oleh ulasan tersebut karena menyukai novel-novel Dan Brown. Filmnya secara keseluruhan tidak mengecewakan dan makin menarik lewat kehadiran sosok enigmatik.
Ada beberapa film yang memiliki karakter pendukung enigmatik dan mencuri perhatian. Ada seorang bos kriminal di film John Wick, yang tegas menerapkan kode etik bagi para kriminal di hotel yang dikelolanya. Busyet di sebuah organisasi kriminal ada aturannya segala dan semua penjahat segan ke tokoh tersebut hahaha. Sosok serupa juga ada di film Wild Card, yaitu bos mafia di Las Vegas yang menjadi 'hakim' jika terjadi benturan di kalangan penjahat.
Di film Inferno kehadiran sosok enigmatik tersebut bernama Harry Sims yang diperankan aktor berdarah India, Irrfan Khan. Ia seorang petinggi di sebuah organisasi misterius yang menyebut dirinya perusahaan yang bergerak di permasalahan keamanan. Mereka bekerja secara rapi dan tersamarkan untuk kepentingan kliennya.
Awalnya, Harry Sims sangat mendukung kerja kliennya Bertrand Zobrist (Ben Foster). Kliennya ini seorang jutawan dan pakar biogenetika. Ia berencana menyebarkan sebuah virus yang cepat mewabah dan dapat mengurangi populasi penduduk dengan cepat. Ia terobsesi dengan gambaran neraka dalam puisi Dante berjudul Inferno. Baginya jika tidak ada yang peduli dengan membludaknya jumlah penduduk maka ia turut berkontribusi dengan menciptakan neraka dunia yang akan muncul, berupa kelaparan, penyakit yang cepat mewabah dan sebagainya. Namun belum sempat ia menyebarkan virusnya, petugas dari WHO telah mengetahui niatnya dan ia memutuskan bunuh diri.
Lokasi penyimpanan virus itu belum diketahui. Sementara itu, Langdon (Tom Hanks) malah terjebak di rumah sakit dan mengalami amnesia jangka pendek. Ia tidak tahu alasan berada di Florence, Italia. Ia juga was-was dibayangi mimpi buruk gambaran neraka. Ia kemudian diburu banyak pihak karena dianggap tahu lokasi virus tersebut. Masih kebingungan dengan kondisinya, ia pun diburu waktu untuk memecahkan teka-teki lokasi penyimpanan virus dimulai dari pointer Faraday yang menggambarkan peta neraka karya Sandro Botticelli berdasarkan puisi Dante berjudul Inferno. Bersama dokter Sienna Brook (Felicity Jones) yang merawatnya, Langdon kembali berpetualang menyusuri tempat-tempat seni untuk mengetahui petunjuk demi petunjuk.
Jika dibandingkan dengan kedua film sebelumnya, alur cerita dalam Inferno lebih sederhana. Teka-tekinya tidak sebanyak dan serumit dua film pendahulunya. Sosok penjahat sesungguhnya juga mudah tertebak. Untunglah ada sosok Harry Sims yang kiprahnya menarik, bagaimana ia menyusun beragam aksi berlapis dan kemudian berbalik posisi.
Saya sempat heran mengapa Inferno dulu yang difilmkan bukannya Lost Symbol. Mungkin karena Ron Howard, sutradara yang sama dengan dua film petualangan Langdon merasa judul dan temanya lebih menjual dibandingkan kisah freemason dalamLost Symbol, apalagi puisi Dante bertajuk Inferno ini memang populer. Sayangnya gambaran Inferno dalam film ini kurang menyeramkan.
Film Inferno masih menarik untuk ditonton. Skoring musik dari Hans Zimmer juga tak pernah mengecewakan.
Detail Film:
Judul: Inferno
Sutradara: Ron Howard
Pemeran: Tom Hanks, Ben Foster, Irrfan Khan, Omar Sy, Felicity Jones
Genre : Thriller, petualangan
Rating : 7,2/10
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H