Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

[Rose RTC] Kopi Alpukat

Diperbarui: 18 September 2016   00:29

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kopi alpukat ( gambar shutterstock.com)

Bulan September identik musim penghujan. Aku merogoh tasku mencari payung. Astaga, aku lupa membawa payung.

Aku merasa menyesal. Lalu segera menengok ke kanan kiri mencari tempat yang kiranya pas untuk berteduh. Hujan baru gerimis tapi aku tidak ingin sakit. Halte bus sudah penuh, lalu mataku tertumbuk pada sebuah kedai mungil. Hemmm...tidak ada salahnya menunggu sambil menyesap kopi.

Musik mengalun lembut seolah menyapaku yang bergegas masuk dan setengah membanting pintu. Karyawan yang mengenakan seragam kemeja cokelat itu alisnya nampak terangkat, agak terkejut dengan kehadiranku. Wajahku memanas dan tersenyum tersipu-sipu. Ia lalu mengambil menu dan mengarahkanku ke sebuah meja di pojok. Meja yang menurutnya terbaik.

Hah meja terbaik apa aku tidak salah? Kafe ini mungil dan jumlah mejanya bisa dihitung dengan jari. Ya interior berupa perabot kayu yang unfinished itu seakan natural dan ada dinding air juga pot-pot hijau yang membuat ruangan terasa sejuk dan natural.

Aku melihat pemandangan dari balik kaca. Oooh...ya pemandangan di depanku bisa disebut memanjakan mata. Seolah surga kecil di balik semrawutnya lalu lintas Jakarta saat hujan. Ada sebuah kolam kecil yang ditata menarik seperti aliran air terjun yang mengarah ke sungai. Juga di dalamnya ada bunga teratai.

Ehem...seseorang berpura-pura terbatuk untuk menarik perhatianku. Aku agak terkejut melihat pria yang tadi menyambutku sudah ada di depanku. Ia bertanya apakah aku sudah menentukan pesanan. Aku malu malah asyik melamun, jangan-jangan ia mengiraku hanya numpang berteduh. Aku membaca daftar menu. Nama kopinya tidak banyak yang kukenal.

"Jika Nona belum menentukan pilihan, maukah mencicipi menu terbaru kami, Avocado Coffee?" ia menawarkan menu kopi yang belum pernah kucicipi.

Kopi + Alpukat ???
Sebelum otakku dapat memperkirakan rasa gabungan kopi dan alpukat, sebuah cangkir yang beraroma memikat telah disodorkan ke meja. Hah aku kan belum memutuskan, mataku menyampaikan protesku.

Karyawan itu tersenyum dan berkata jika tidak enak, Nona tidak perlu membayar.

Kudekatkan cangkir kopi itu ke hidungku. Wangi kopi yang sedap. Aku tergoda.

Aku menghirup kopiku. Ada rasa alpukat samar-samar juga ada sedikit aroma kokoa. Asli...minuman ini nikmat.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline