Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Film-film Perjuangan yang Mempertebal Rasa Cinta Tanah Air

Diperbarui: 17 Agustus 2016   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Film Merah Putih Trilogi Merdeka | Foto: firlitrumpz.blogspot.co.id

Pada tahun 80-90 an ada banyak film-film bertema perjuangan yang sangat populer dan rajin diputar di televisi. Film-film tersebut adalah Janur Kuning, Serangan Fajar, Soerabaia 45, Naga Bonar, dan Cut Nyak Dien. Pasca kebangkitan dunia film nasional, film-film perjuangan pun mulai dirilis, meski jumlahnya belum begitu banyak. Berikut beberapa film bertema perjuangan yang bakal membuat Kalian menghargai jasa pahlawan.

Selepas upacara bendera tahun 2009 kami bertiga menonton film bertema pejuangan. Ada Trilogi Merdeka yang diputar di bioskop. Saat itu baru bagian pertamanya dan kami pun mengantri dengan anak-anak, remaja, dan keluarga yang juga berniat menonton film yang sama.

Film Darah Garuda yang Merupakan Film Kedua Trilogi Merdeka (sumber: wikimedia)

Film trilogi yang dibintangi Darius Sinathrya, Donny Alamsyah, Teuku Rifnu Wikana dan Lukman Sardi ini mengisahkan tentang agresi militer oleh sekutu dan perjuangan mempertahankan kemerdekaan melalui perang gerilya. Film trilogi yang disutradarai Yadi Sugandi dan Conor Allyn ini konon menelan biaya Rp 60 Miliar, jumlah yang fantastis untuk masa itu.

Pada film pertamanya yang berjudul Merah Putih dikisahkan terjadi kekuatiran Belanda bersama sekutu akan kembali menguasai daerah-daerah di Indonesia. Oleh karena Indonesia saat itu baru merdeka maka persenjataan dan mereka yang bergabung dengan BKR yang kemudian berubah nama menjadi Tentara Keamanan Rakyat pun masih terbatas.

Untuk itu direkrut para pemuda dari berbagai latar suku. Di antaranya Tomas (Donny Alamsyah), Marius (Darius Sinathrya), Dayan (Teuku Rifnu Wikana), Amir (Lukman Sardi) dan Soerono (Zumi Zola) di Semarang. Mereka terlibat adu senjata ketika barak mereka diserang dan Soerono gugur. Keempatnya, bersama kakak Soerono, Senja (Rahayu) pun melanjutkan perjuangan secara gerilya.

Pada film sekuelnya, Darah Garuda yang dirilis pada tahun berikutnya, mengisahkan tentang kelanjutan perjuangan mereka di Jawa Tengah. Mereka bertemu dengan beberapa kelompok gerilyawan dan saling mencurigai karena berbeda pendapat. Konflik makin rumit karena ada pengkhianat di antara mereka. Kali ini medan pertempuran bergeser dari Jawa Tengah ke Jawa Barat.

Pada film pamungkasnya, Hati Merdeka, keempat sekawan mulai terpisah. Amir mulai ragu untuk terus berjuang dan berniat mengundurkan diri dari angkatan darat. Dayan, Tomas, dan Marius serta Senja menuju Bali, ke kampung halaman Dayan, untuk membantu warga Bali mempertahankan wilayahnya dari KNIL. Dayan kehilangan kemampuan suaranya pada film sebelumnya karena lidahnya dipotong saat tertawan, Marius masih suka ceroboh, dan Tomas terbelenggu nafsunya untuk membalas dendam apalagi ketika melihat komandan musuh adalah orang yang sama menghabisi keluarganya di Manado.

Film trilogi Merdeka ini mungkin belum bisa disejajarkan dengan film perang seperti Black Hawk Down dan Saving Private Ryan. Tapi saya merasa bangga dan terharu ketika menonton film ini di layar lebar dan menontonnya lagi di televisi. Film ini menggambarkan perjuangan masa itu yang lebih banyak menggunakan tekad dan modal keberanian karena persenjataan pun terbatas. Gambaran berbagai suku dan agama ini juga terlihat dari latar belakang para tokoh utamanya dan mereka bersatu mengesampingkan perbedaan tersebut.

Jenderal Soedirman dirilis tahun 2015 | sumber: tniad.mil.id

Film perjuangan lainnya yang dirilis pasca tahun 2000-an adalah Soekarno, Battle of Surabaya, dan Jenderal Soedirman. Ketiga film ini juga meraih penghargaan dan memiliki pesan yang menggugah.

Film Soekarno: Indonesia Merdeka yang disutradarai oleh Hanung Bramantyo berkisah tentang perjuangan bapak bangsa ini dari kecil saat bernama Kusno hingga ia tumbuh menjadi pemuda yang geram melihat nasib bangsanya. Ia lalu menggelorakan semangat pemuda dengan pidatonya berjudul Indonesia Menggugat. Gara-gara pidatonya ia pun diasingkan ke Ende dan Bengkulu. Ia tetap tak patah semangat meskipun berbeda pendapat dengan tokoh pemuda lainnya dan dicemooh oleh gagasannya tersebut. Hingga suatu saat ia berhasil mewujudkan cita-citanya dan Indonesia pun merdeka.

Film Soekarno yang diperankan Ario Bayu ini meraih tiga penghargaan di Festival Film Bandung (FFB) 2014, salah satunya adalah film terpuji. Serta, meraih 13 nominasi di FFI 2014 dimana berhasil membawa pulang keempat penghargaannya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline