Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Alice in Wonderland Sungguhnya adalah Kisah Tentang Orang Nge-fly?

Diperbarui: 14 Agustus 2016   18:37

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Who in the world, am I? Ah, that’s great puzzle!" (quote di Alice in The Wonderland)

Alice in Wonderland dulu salah satu dongeng favoritku. Saya sangat menyukai buku dongengnya dan kartunnya. Adegan saat ia ‘salah makan’ hingga tubuhnya membesar atau mengecil adalah salah satu adegan yang bikin kesal tapi juga penasaran. Kakak selalu berkata Alice itu hanya dongeng mimpi. Setelah dewasa dan membaca lagi ketiga buku Alice yang saya miliki, serta buku lanjutannya, Through The Looking Glass, saya bertanya-tanya apakah kisah Alice sebenarnya halusinasi belaka seperti dugaan beberapa pihak.

Saat masih TK, saya senang sekali membolak-balik buku dongeng yang berwarna-warni. Ayah sering membelikan kami buku-buku dongeng, salah satunya adalah Alice in Wonderland. Ketika ada film kartunnya yang diputar di televisi, saya berkhayal menjadi Alice dan membayangkan bagaimana suatu ketika saya berada di sebuah negeri ajaib.

Koleksi Buku Petualangan Alice (dokpri)

Alice in Wonderland bercerita tentang gadis kecil bernama Alice yang penasaran melihat kelinci putih dengan jaket merah yang membawa jam besar dan begitu nampak terburu-buru. Alice mengikutinya dan menemukan lubang. Alice terjatuh dalam lubang tersebut yang rupanya sebuah bangunan yang besar dan dalam. Ia terus mengikuti si kelinci putih tapi si kelinci tidak menyadarinya dan Alice pun kehilangannya. Ia menemukan pintu mungil. Ketika ia mengintip dari lubang kunci, ia melihat sebuah taman yang indah.

Singkat cerita setelah berkutat dengan tubuhnya yang membesar dan mengecil ketika meminum sesuatu dari botol, ia pun berhasil masuk ke taman di balik pintu tersebut. Mulailah petualangan Alice yang aneh dari bertemu si kembar Tweedledee dan Tweedledum yang suka berpuisi, bersua ulat bulu yang memberinya sebuah jamur yang dapat membuatnya membesar dan mengecil, berkenalan dengan Chesire cat yang suka muncul dan menghilang tiba-tiba, dan diajak jamuan makan dengan The March Hare dan The Hatter, lantas bertemu Ratu Hati dan prajurit kartunya.

Prajurit Kartu yang Unik (gambar dari buku dongeng Alice in Wonderland)

Pada buku kelanjutannya, Through The Looking Glass, entah kenapa saya enggan membacanya, Waktu itu saya membaca versi Bahasa Inggrisnya dan puyeng dengan aneka puisinya. Baru ketika memiliki buku terjemahannya, saya membacanya, dan agak bingung dengan timeline-nya. Dalam buku sekuelnya ini Alice berusia 7,5 tahun. Ia kembali berpetualang di negeri ajaib tapi kali ini dengan melintasi cermin yang ada di salah satu ruangan rumahnya.

Ia bertemu dengan Ratu Hati atau ratu merah tapi tampaknya sang ratu tidak mengenalnya. Ia kembali bertemu dengan si kembar Tweedledee dan Tweedledum tapi lagi-lagi keduanya juga tidak lagi mengenalnya. Di sini ia berkenalan dengan Ratu Putih, si telur Humpty Dumpty, dan domba yang misterius.

Kembali dengan masalah halusinasi, isu bahwa Alice sebenarnya mengalami halusinasi dikarenakan keberadaan jamur dalam cerita ini yang bisa membuatnya membesar dan mengecil. Salah satu jenis jamur yang disebut magic mushroom konon sering digunakan dalam ritual kuno untuk berhubungan dengan dunia gaib, misalkan berkomunikasi dengan arwah atau terhubung dengan alam kematian.

Alice mendapat jamur ajaib dari si ulat bulu (gambar dari buku dongeng Alice in Wonderland)

Kisah tentang magic mushroom pernah diungkap di buku karya Dewi Lestari berjudul Partikel, sekuel Supernova, yang mengisahkan tokoh utama bernama Zarah mengkonsumsi jamur ajaib untuk mengetahui jawaban atas permasalahannya dan kemudian mengetahui jika kakek yang disayanginya meninggal. Pada serial film X-Files episode kelima musim ke-10 juga disebutkan penggunaan jamur ajaib oleh si Fox Mulder untuk bercakap dengan pelaku pengeboman yang kondisinya kritis.

Saat ini beberapa menggunakan magic mushroom untuk mendapatkan efek halusinasi dan euforia, seperti yang didapatkan saat mengkonsumsi ganja. Oleh karena efek tersebut psilocybinatau magic mushroom masuk barang berbahaya di undang-undang narkotika no 35 tahun 2009.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline