Menyambut lebaran, ada berbagai film nasional yang dirilis mendekati hari H. Di antara berbagai film nasional tersebut, ada tiga film yang saya rekomendasikan untuk ditonton bersama sahabat ataupun bersama keluarga. Ketiga film tersebut adalah Rudy Habibie, Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea, dan Sabtu Bersama Bapak.
Film prekuel Habibie dan Ainun, yang berjudul Rudy Habibie, mencuri start. Jadwal rilisnya dimajukan dari sebelumnya 5 Juli menjadi 30 Juni. Ya persaingan film nasional pada liburan lebaran cukup ketat. Diharapkan dengan mencuri start maka target perolehan lebih dari satu juta penonton bisa terlampaui.
Menurut saya strategi MD Pictures dengan memajukan jadwal rilis film ini sangat cerdik karena film nasional yang mengisi bulan Juni tidak banyak, sementara masih banyak penonton yang memilih menunggu waktu berbuka sambil menonton film. Saat saya menonton film ini pada Kamis (30/6) di Cijantung 21, penontonnya cukup banyak, meskipun tidak sampai penuh seperti saat menonton My Stupid Boss pada bulan Mei silam.
Rudy Habibie mengisahkan perjalanan Rudy (Reza Rahadian), sapaan akrab Bacharuddin Jusuf Habibie, saat menempuh pendidikan di Rhenisch Wesfalishe Tehnische Hochscule Aachen, Jerman. Ia yang sangat tertarik dengan pesawat, mengikuti ujian masuk RWTH dengan biaya sendiri, tanpa sokongan beasiswa dari pemerintah. Ternyata bukan hanya susah payahnya menimba ilmu di Jerman yang ia alami, namun juga konflik antar mahasiswa Indonesia dalam menuangkan visi misi Perhimpunan Pelajar Indonesia di Aachen juga kisah romansanya bersama gadis keturunan Polandia, Ilona Ianovska (Chelsea Islan).
Film Rudy Habibie ini menurut saya secara keseluruhan lebih baik daripada film pendahulunya. Filmnya enak dinikmati meskipun durasinya terbilang lumayan lama, yaitu 2 jam 22 menit. Totalitas Reza Rahadian di film ini patut diapresiasi. Film ini memberikan inspirasi bagaimana mimpi meraih pendidikan setinggi mungkin bisa diraih dengan kerja keras serta dukungan dari keluarga dan teman-teman.
Jilbab Traveler: Love Sparks in Korea lebih menekankan pada kisah cinta segiempat dengan latar belakang seorang gadis berjilbab yang menggemari travelling. Rania Timur Samudra (Bunga Citra Lestari) dikisahkan berhasil mewujudkan mimpinya berkeliling negara-negara dan kemudian merangkumnya dalam bentuk tulisan-tulisan yang banyak diminati pembaca. Ia terinspirasi oleh Ibnu Batutah yang juga merupakan idola ayahnya.
Saat berjalan-jalan ke Taman Nasional Baluran ia bertemu dengan pria asal Korea Selatan, Hyun Geun (Morgan Oey) yang menarik perhatiannya. Kisah cintanya semakin rumit ketika ia bertemu pria itu lagi saat mendapat undangan writing residence di Korsel. Sementara kedua kakaknya berusaha menjodohkannya dengan Ilhan (Giring Nidji) yang dianggapnya cocok dengan karakter Rania.
Film yang bakal diputar 5 Juli mendatang ini menurut saya asyik ditonton bagi remaja ke atas karena selain romansa film ini juga bakal memanjakan mata penontonnya dengan panorama-panorama indah Korsel dan Banyuwangi. Film ini bakal menginspirasi generasi muda untuk berani keluar dari zona nyamannya dan memulai untuk travelling. Travelling bukan sekedar mengumpulkan foto-foto berlibur untuk dipamerkan, namun juga memupuk keberanian untuk beradaptasi serta bersikap terbuka pada kebudayaan dan cara pandang yang berbeda.
Film rekomendasi berikutnya yaitu Sabtu Bersama Bapak. Sama dengan Jilbab Traveler, film ini merupakan adaptasi dari novel laris. Jika Jilbab Traveler merupakan karya Asma Nadia, maka Sabtu Bersama Bapak merupakan novel karya Adhitya Mulya yang beken lewat novel Jomblo.
Sabtu Bersama Bapak cocok ditonton bersama keluarga. Film ini menceritakan seorang ayah, Gunawan(Abimana Aryasatya) yang waktunya di dunia tak lama lagi. Untuk itu ia merekam dirinya memberikan nasihat-nasihat kepada dua anaknya, Satya dan Cakra. Video rekaman itu diputar oleh istrinya, Itje (Ira Wibowo) setiap Sabtu dan ditonton bersama kedua anaknya. Mereka menyebutnya Sabtu bersama Bapak.
Setelah dewasa Satya (Arifin Putra) dan Cakra (Deva Mahendra) mendapat pekerjaan mapan, namun kehidupan sosialnya kurang baik. Rupanya mereka terlalu kaku menerapkan nasihat ayahnya. Sementara itu, ibunya, rupanya menyimpan sebuah rahasia dan tak ingin membebani kedua anaknya.