[caption caption="Film My Stupid Boss Dihiasi Dua Lagu Populer Cindai dan Gerimis Mengundang (sumber: blog.chaosatwork.com)"][/caption]
Lagu-lagu Malaysia dulu sempat melanda radio-radio dan pertelevisian Indonesia. Mereka yang berhasil mempopulerkan karya-karyanya di antaranya Siti Nurhalizah, Sheila Majid, Amy Search, dan Slam. Nah di film My Stupid Boss produksi Falcon Pictures, hubungan erat Malaysia dan Indonesia kembali diingatkan lewat Cindai dan Gerimis Mengundang.
Lagu Gerimis Mengundang memiliki corak khas lagu Melayu. Lagu yang dibawakan oleh band bernama Slam ini meskipun tembangnya sederhana, mudah dikenal dan diingat. Tak heran banyak pengamen di angkutan umum masa itu menampilkan lagu ini dengan logat dibuat-buat agar seperti penyanyi aslinya, Zamani bin Ibrahim yang memiliki gaya bernyanyi dan penghayatan yang khas.
Kusangkakan panas berpanjangan
Rupanya gerimis, rupanya gerimis mengundang
Dalam tak sedar ku kebasahan
Lagu ini berseliweran di film My Stupid Boss memperkental suasana khas Malaysia yang menjadi latar tempat film ini. Dalam film ini si bossman (Reza Rahardian) yang nyentrik menggunakan lagu ini sebagai ring back tone-nya.
Lagu ini sebenarnya lagu tentang patah hati. Gerimis mengundang menceritakan seseorang yang bersedih karena kekasihnya memilih menjauh dirinya.
Hanya aku separuh nyawa
Menahan sebak di dada
Sedangkan kau bersahaja
Berlalu tanpa kata
Terasa diri amat terhina kau lakukan
[caption caption="Gerimis Mengundang Dipopulerkan Slam (sumber: bintang.com)"] [/caption]
Mungkin anak-anak remaja saat ini belum mengenal lagu ini karena lagu ini dirilis tahun 1996 sebelum kemudian dimasukkan ke dalam tembang hits Slam tahun 2012. Bagi saya yang pernah merasakan euforia lagu ini pun tergelak. Serasa nostalgia.
Selain lagu Gerimis Mengundang, lagu lainnya milik diva asal Jiran yang mewarnai film tentang 'pertarungan' mental bossman dan Diana (Bunga Citra Lestari) adalah Cindai. Berbalik dengan Gerimis Mengundang, Cindai bernuansa riang dan asyik digunakan sebagai pengiring tarian.
Cindailah mana tidak berkias
Jalinnya lalu rentah beribu
Bagailah mana hendak berhias
Cerminku retak seribu