Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Ketika Suami Istri Berjauhan e-Rate BCA Menjadi Sahabat

Diperbarui: 18 Desember 2015   14:40

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="Hidup Berjauhan dengan Pasangan Bakal Tidak Menyenangkan"][/caption]

Terkadang hidup tak berjalan ideal, sepasang suami istri tak bisa hidup dalam satu rumah dan terpisah jarak hingga beda negara karena kebutuhan. Baik kebutuhan untuk mencari rejeki ataupun kebutuhan untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.

Bulan lalu kakakku meninggalkan istrinya untuk melanjutkan studi ke Austria. Oleh karena anak-anaknya masih kecil dan yang bungsu masih batita maka mereka memutuskan untuk berjauhan dahulu untuk tahun pertama. Baru jika dirasa memungkinkan maka pada tahun kedua, kakakku akan memboyong istri dan ketiga anaknya untuk hidup bersama di Austria.

Tahun depan aku juga bakal bernasib sama seperti kakak iparku. Suamiku berhasil lolos di sebuah seleksi pendidikan asuransi sosial yang diiikuti berbagai perwakilan negara seAsia Tenggara dan diadakan Jerman. Meski hanya berlangsung enam bulan, hidup berjauhan dengan suami tentunya bakal lebih berat. Meski saat ini sudah ada aplikasi chatting dan perangkat komunikasi yang canggih, tapi tetap saja hidup satu rumah dengan pasangan akan jauh lebih menyenangkan.

Kakakku dan suamiku sama-sama pencari nafkah. Meski saya dan kakak ipar juga membantu mencari nafkah, namun beban di pundak para suami jauh lebih berat. Di sana ada beban utang cicilan rumah, cicilan kendaraan, dan biaya rumah tangga.

Saat ini saya sudah terpikir agar suami sebelum berangkat untuk tak lupa melakukan transfer otomatis untuk pembayaran berbagai angsuran dengan gaji yang didapat dari kantor.

Transfer otomatis bisa membantu untuk memenuhi kebutuhan yang pasti dan terencana seperti belanja kebutuhan pokok,  membayar arisan tingkat RT, membayar iuran RT, membayar listrik dan sebagainya. Akan tetapi bagaimana jika ada kebutuhan mendadak seperti service kendaraan, jet pump yang rusak, keluarga yang sakit dan lain-lain, sedangkan dana yang berasal dari gaji suami di kantor Indonesia sudah habis. Mau tak mau suami dan mungkin juga kakak saya bakal menggunakan dana beasiswa atau honor yang didapat dari bekerja sampingan di sana untuk mengirim uang ke istrinya.

Selama ini keluhan dari mereka yang sering bertransaksi valuta asing adalah kurs yang pergerakannya tidak real time dan harus ke bank atau money changer. Pengalaman saya bersentuhan dengan valuta asing hanya ketika menukarkan mata uang rupiah ke mata uang asing di money changer saat hendak ke luar negeri. Itupun agak ribet karena ternyata ada selisih kurs lumayan di beberapa money changer. Saya juga pernah rugi ketika menukar dolar karena dolar saya kurang mulus.

Suatu ketika saya juga pernah kecewa ketika harus membayar dalam bentuk euro untuk sebuah pendaftaran konferensi internasional ke sebuah bank asing sementara saat itu kurs euro sedang tinggi-tingginya. Selain kurs yanh tinggi, biaya pengirimannya juga lumayan besar.

Sedangkan untuk pengalaman menerima kiriman uang dalam bentuk mata uang asing belum pernah saya alami dan baru bakal terjadi tahun depan. Tapi tidak apa-apa kan mempersiapkannya dari sekarang?!

[caption caption="Perbedaan Nilai Kurs Antara Bank Notes, TT, dan E-Rate"]

[/caption]
Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline