[caption caption="Poster Film Attack on Titan (sumber: www.crunchyroll.com)"][/caption]
Keberadaan raksasa yang tersembunyi di lautan rupanya bukan sekedar mitos. Para raksasa ini tiba-tiba muncul, menggemparkan penduduk pulau tersebut. Yang membuat mereka makin ketakutan, raksasa tersebut sangat ganas, menyerang dan juga menyantap manusia. Manusia hanya memiliki dua pilihan, menjadi mangsa atau membasmi para monster tersebut.
Serbuan para raksasa yang menakutkan ini merupakan film adaptasi dari anime dan manga populer bertajuk sama, Attack on Titan. Film ini sangat ditunggu-tunggu oleh para fans manga/serial anime Attack on Titan dan menjadi film terlaris di Jepang saat ini dengan perolehan lebih dari Rp 250 M. Saya yang penasaran setelah melihat trailler-nya pun tertarik untuk menonton film ini.
Kisah dibuka dengan tiga remaja yang asyik membicarakan rencana mereka di masa depan. Ada Eren Jaeger, Mikasa Ackerman, kekasih Eren, dan Armin Arlert. Eren yang ingin keluar dari benteng untuk menjelajah dunia di luar tembok mengajak pacar dan temannya untuk ikut serta
Tak disangka mereka bernasib naas dengan kemunculan seorang raksasa yang bertubuh tinggi besar secara tiba-tiba. Benteng terluar yang telah berusia seabad lebih berhasil dijebol oleh raksasa bertubuh besar tersebut. Para raksasa lainnya pun kemudian memasuki. Jumlahnya sangat banyak dan para tentara tak berhasil membendung mereka karena mereka seolah tak bisa mati oleh peluru. Tubuh mereka cepat pulih. Ada raksasa pria, wanita dan juga anak-anak dan bayi dengan wajah lapar memuakkan. Semuanya ganas dan tak kenal belas kasihan kepada manusia.
Eren merasa seperti sedang bermimpi buruk. Baru saja mereka bertiga bersenda gurau, kini di sekelilingnya adalah wajah penduduk pulau yang ketakutan. Mereka semua berlarian mencari tempat aman. Desanya yang indah berubah menjadi banjir darah. Jerit menyayat dan menakutkan bergaung dimana-mana.
Eren terpisah dari Armin yang syok melihat ayahnya ditangkap dan dimangsa raksasa. Kekasihnya akhirnya juga terpisah karena menyelamatkan seorang bayi, sementara Eren terdorong arus penduduk yang berbondong-bondong ke balai desa. Dari jendela balai desa yang terkunci, Eren tak berdaya menyaksikan kekasihnya yang menangis ketakutan. Tak jauh dari tempat kekasihnya, terdapat raksasa yang mengincar tubuhnya.
Sutradara Shinji Higuchi rupanya tak gemar berbasa-basi. Film bergulir begitu cepat, langsung ke konfliknya, yakni serbuan para raksasa. Memang durasi film layar lebar terbatas sehingga Shinji hanya mengambil poin-poin penting dalam cerita. Pemilihan poin-poin penting saja ternyata tidak cukup, sehingga dibagi dua, dimana kelanjutannya bakal segera dirilis.
Cerita yang langsung ke pokok persoalan namun kurang dosis latar belakang cerita membuat saya yang tidak pernah membaca manganya agak sulit memahami cerita. Narator hanya bercerita jika pada masa lalu raksasa tiba-tiba muncul dan membunuh sebagian besar penduduk pulau. Sejak itu dibuatlah tembok tinggi yang menjaga mereka hingga seabad kemudian.
Saya terus mengikuti film bagian pertama hingga selesai, namun rasanya masih banyak pertanyaan yang tersimpan. Apakah setting lokasinya di negeri antah berantah, sehingga tidak ada pulau atau negara lainnya di luar pulau tersebut? Bagaimana bisa ada bayi raksasa jika raksasa dewasa tidak memiliki alat reproduksi? Masih banyak pertanyaan terkait film ini karena saya belum pernah membaca manganya.
Serbuan para raksasa ini mengingatkan saya pada film-film monster seperti Godzilla dan Pacific Rim. Untunglah pada kedua film tersebut, porsi latar belakang cerita cukup, sehingga saya bisa menikmati film-film serbuan monster tersebut. Monster di Pacific Rim dan Godzilla juga muncul dari lautan, namun dijelaskan asal-usul mereka.