Memang belum semua bandara di bumi pertiwi yang pernah saya kunjungi, namun ada dua bandara berkelas internasional yang menarik perhatian saya. Yakni, Bandara Sam Ratulangi, Manado dan Bandara Adisutjipto, Yogyakarta. Bukan karena kemegahan bangunannya semata, melainkan kemudahannya diakses oleh calon penumpang. Calon penumpang bisa merasa lebih tenang dan tidak was-was ketinggalan pesawat. Dan yang pasti, tarif transportasi umumnya sangat terjangkau.
Akses ke bandara di kota-kota Indonesia umumnya dijangkau dengan bus damri. Bus damri sudah lumrah menjadi mode transportasi bandara di Jakarta dan menjadi pilihan transportasi yang paling murah dan cukup aman, dibandingkan dengan ojek, taksi, maupun taksi ‘patungan’ seperti yang ada di halte Rawasari. Di Bandara Juanda, Surabaya, sejak satu dekade terakhir juga telah mengoperasikan bus damri bandara. Dulu ketika masih tinggal di Surabaya sebelum bus damri dioperasikan, saya mengandalkan teman untuk menjemput karena tarif taksi dari bandara ke pusat kota cukup menguras kantong. Atau jika terpaksa, saya naik ojek/taksi hingga ke terminal Bungurasih dan dilanjutkan dengan naik bus kota untuk menghemat.
Memang belum semua kota besar di Indonesia memiliki bus damri atau armada transportasi umum lainnya yang membantu calon penumpang tiba di bandara dengan tarif terjangkau. Sehingga, penumpang harus menyewa travel atau naik taksi untuk menuju pusat kota dengan tarif cukup mahal untuk ukuran backpacker. Sejak itu saya merasa bandara itu terkesan ‘eksklusif’ dan kurang ramah terhadap transportasi umum terjangkau.
Namun, anggapan saya tersebut luntur ketika menyambangi Bandara Sam Ratulangi dan Bandara Adisutjipto. Bandara ini sangat mudah diakses oleh calon penumpang. Waktu tempuh dari pusat kota menuju bandara ini pun juga tidak memakan waktu lama. Dalam waktu satu jam atau malah kurang, calon penumpang sudah bisa tiba di bandara dengan transportasi umum.
Bandara Sam Ratulangi sendiri sudah menyandang predikat bandara internasional. Bandara dua lantai ini cukup megah dan padat arus penumpang. Meski demikian, bandara ini tidak terlalu terkesan ‘eksklusif’. Buktinya, calon penumpang yang naik angkutan umum pun bisa mengakses bandara ini. Memang angkutan umumnya tidak berhenti persis di halaman parkir bandara, tapi cukup dekat dari pintu masuk/keluar bandara. Dari perhentian angkutan umum tersebut, calon penumpang cukup berjalan kaki tidak lebih dari 500 meter. Angkutan umum ini berangkat dan finish di terminal angkutan umum Paal Dua di pusat kota. Biayanya sebelum kenaikan BBM hanya Rp 3 ribu (sekarang Rp 5 ribu), murah bukan?! Dan pengalaman naik angkutan umum di Manado ini sangat berkesan. Mengapa? Karena mereka suka memasang musik kencang-kencang. Rasanya seperti ‘dugem’ di dalam angkot.
Sebenarnya bandara yang mirip dengan Sam Ratulangi adalah bandara Polonia di Medan sebelum pindah ke bandara Kuala Namu di luar kota. Di sini angkutan umumnya malah cukup komplit, mulai taksi jauh dekat Rp 50 ribu, ojek, becak motor (bentor), hingga angkot Rp 3 ribuan (sebelum kenaikan BBM). Tapi setelah bandara barunya cukup jauh, penumpang hanya mengandalkan kereta. Tapi tidaklah mengapa, karena mode transportasi kereta malah bebas macet dan ketepatan waktunya cukup dapat diandalkan.
Nah, juara bandara satu lagi adalah bandara Adisutjipto. Pilihan mode transportasinya benar-benar ramah terhadap pengguna jasa bandara. Komplit. Ada pilihan kereta Prambanan Express (Solo-Yogya) dan Maguwo Ekspres (Cilacap-Yogya-Purwokerto); ada juga bus damri bagi yang akan ke luar kota seperti Magelang, Kebumen, dan Purworejo; dan adapula Trans Jogja yang bisa membawa wisatawan menuju Maliboro, Kampus UGM, atau penjuru Jogja lainnya. Trans Jogja ini tarifnya juga terjangkau, cukup Rp 3 ribu. Pengalaman naik Trans Jogja dari Malioboro menuju bandara ditempuh dalam waktu sekitar 1 jam dan cukup nyaman. Mudah-mudahan nantinya semua bandara di nusantara makin mudah diakses, sehingga tidak ada lagi cerita calon penumpang ketinggalan pesawat karena macet, susah parkir, atau kesulitan mencari kendaraan umum.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H