[caption id="attachment_402726" align="aligncenter" width="500" caption="DiSSa Menyuguhkan Penantian Bodoh"][/caption]
Genre pop hingga saat ini masih dominan dalam blantika musik tanah air dan mancanegara. Musiknya yang umumnya easy listening mudah diterima oleh berbagai kalangan.Itulah salah satu alasan band asal Bandung, DiSSa memilih jalur pop dalam berkarir di dunia musik Indonesia, selain juga dikarenakan musik pop adalah panggilan jiwa tiap-tiap personel.
Perkembangan Genre Musik Indonesia
Sebelum mengenal lebih dalam tentang DiSSa dan pilihan jalur musiknya, Nadya Fatira, penyanyi dan penata musik, yang menjadi moderator dalam acara Kompasiana Ngulik bersama Meet The Labels (13/3/2015) di Gedung Kompas Lt.6, menjelaskan secara gamblang perkembangan genre musik Indonesia. Perkembangan musik tanah air tidak bisa dipisahkan dari ritual, agama, dan kontak Indonesia dengan dunia luar. Musik di tanah air awal mulanya digunakan untuk upacara atau ritual kepercayaan. Musik masa itu bersifat magis/spiritual yang dihasilkan dari tepuk tangan, tepuk badan, dan sebagainya.
[caption id="attachment_402728" align="aligncenter" width="255" caption="Nadya Fatira (Penata Musik dan Moderator Acara)"]
[/caption]
Selanjutnya dengan adanya pengaruh Hindu dan Buddha maka lahirlah gamelan. Saat Islam masuk, musik gambus dan rebana pun mulai dikenal. Musik kemudian semakin bervariasi sejak masa kolonialisme dengan adanya genre musik klasik dari alat musik biola, cello dan dikenalnya tangga nada solmisasi. Kehadiran Portugis memberi pengaruh lahirnya genre keroncong. Dan kemudian lahirlah genre pop, dangdut, langgam, rock, blues, jazz dan sebagainya dari hubungan Indonesia dengan negara-negara lainnya.
Meskipun genre musik saat ini beragam, musik pop masih juaranya dari sisi peminatnya. Musik pop tumbuh pesat sejak tahun 60-an dengan melahirkan sosok Benyamin, Adi Bing Slamet, Koes Plus, Rinto Harahap, Betaria Sonata, Nike Ardila, Padi, Ungu, Sheila on 7, dan sebagainya.
Pilihan Genre Bermusik DiSSa
Genre pop inilah yang kemudian menjadi pilihan DiSSa untuk berkontribusi di jagat musik tanah air. Awalnya tidak mudah untuk menyatukan empat kepala, Mirkal (vokal), Agha (gitar), Adit (gitar), Aris (keyboard), untuk memilih aliran musik mereka. Mirkal menyukai pop alternatif seperti lagu Sobat Padi, sedangkan Agha lebih memilih pop-rock ala Dewa 19 dan mengidolakan maestro gitar Steve Vai.
Adit si gitaris juga menyukai musik pop-rock dan mengandrungi Slank. Sementara si keyboardis, Aris, sangat menyukai musik instrumentalia seperti Kennie G, Erwin Gutawa, dan Kitaro karena kesannya adem. Setelah berembuk mereka pun kompak untuk memilih genre pop sebagai arah musik mereka dengan memberikan wadah bagi tiap personelnya untuk memberikan corak pada lagu-lagu yang mereka hasilkan.
“Syukurnya kami bisa menyatukan ego-ego tersebut dalam musik,” jelas Mirkal. Misalnya pada gitar, Adit bisa bermain di lead, begitu juga Aris bisa menambahkan orkestra. Semua bisa di-cover di DiSSa, imbuhnya.
Meskipun bermusik di genre pop yang memiliki banyak pemain, DiSSa mengaku optimis musik mereka akan memberikan warna bagi musik Indonesia. DiSSa menyebut lagu-lagunya bergenre pop bernuansa modern karena memiliki karakter dimana konsisten memasukkan lead guitar, unsur harmoni, juga sentuhan orkestrasi.
Musik pop bagi DiSSa adalah panggilan hati dan passion. Mirkal mengakui suaranya lebih cocok di jalur pop, sedangkan Agha, Aris, dan Adit juga merasa nyaman bermain di genre pop. Namun, mereka juga tak menampik jika mereka juga mempertimbangkan sisi komersial.
Tak terasa sudah 12 tahun mereka bermusik di genre pop (lahir 21 Maret 2003) dan keempatnya sepakat tetap berkiprah di jalur pop. Hanya bedanya jika dulu lebih pop alternatif sekarang lebih ke pop modern yang lebih mellow. Diakui mereka perubahan ini merupakan hasil pendewasan diri dan hasil saran dari berbagai pihak agar musik mereka lebih bisa diterima.
Sebelum berhasil lolos 10 besar ajang kompetisi Meet The Labels 2013, band asal Bandung ini telah mengeluarkan single dan album dari dua label, namun mereka merasa belum sesuai dengan yang diharapkan. Setelah menjadi 10 besar Meet The Labels, mereka merasa beruntung dilirik oleh E-Motion Entertainment dan merilis single Penantian Bodoh yang videonya sudah tersebar di youtube.
Single Penantian Bodoh ini, ujar Aris, bisa dimaknai berbeda-beda oleh pendengarnya. Namun intinya ada seseorang yang tak putus asa mengerjakan sesuatu meski mungkin banyak yang menganggap yang dikerjakannya membuang waktu dan sia-sia.
[caption id="attachment_402730" align="aligncenter" width="450" caption="Rangga dari E-Motion (paling kanan)"]
[/caption]
Sementara itu Ditya Rangga , marketing promotion E-Motion Entertainment mengaku tertarik akan potensi dan musikalitas yang dimiliki DiSSa setelah melihat live perform mereka di ajang final di Bali. Ada faktor X yang mereka miliki. Live perform-nya jauh di atas ekspektasi saya setelah melihat video audisi yang mereka kirim sebelumnya, jelasnya.Genre pop dari hasil pengamatannya juga paling laris di media ringback tone (RBT) dan memiliki pangsa pasar paling besar di Indonesia, sehingga baginya tidak masalah DiSSa berkomitmen di genre pop dan terus mendukungnya.
Oh ya, jika Anda sekalian tertarik untuk mengenal musik DiSSa bisa melihat penampilan mereka di youtube atau me-request-nya di radio-radio tanah air, juga kemudian membeli single mereka yang dijual di toko musik terdekat atau toko musik online seperti iTunes, Amazon, dan sebagainya.
Biodata Band
Nama Band : DiSSa
Asal dan Tanggal Lahir: Bandung, 21 Maret 2003
Label: E-Motion Entertainment
Single: Penantian Bodoh
Genre: Pop
Personel :
- Mirkal (Vokal)
- Agha (Gitar)
- Adit (Gitar)
- Aris (Keyboard)
Kontak:
Twitter: @diSSaband
Facebook : facebook.com/dissaband
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H