Lihat ke Halaman Asli

Dewi Puspasari

TERVERIFIKASI

Penulis dan Konsultan TI

Senangnya Ada Perpustakaan Keliling dan Donor Buku

Diperbarui: 17 Juni 2015   19:35

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

[caption id="" align="aligncenter" width="210" caption="Mobil Pintar (Sumber: pu.go.id)"][/caption] Setiap jumat siang, anak-anak di kampungku di Jakarta Timur ini sudah berkumpul di halaman luas milik ketua RT kami. Hari Jumat hari yang ditunggu-tunggu karena mobil keliling yang memuat puluhan hingga ratusan buku itu akan singgah. Anak-anak itu siap berimajinasi dan berpikir kreatif. Ada banyak buku anak yang asyik disimak. Mereka secara bergiliran mengambil buku dan membacanya di halaman yang beralaskan tikar. Jika waktunya sudah habis maka buku tersebut dapat dipinjam untuk dikembalikan minggu berikutnya. Aksi mereka membaca buku bermacam-macam. Ada yang mukanya serius berkerut-kerut dan memoncongkan bibirnya. Ada juga yang tertawa terbahak-bahak lupa dengan sekelilingnya. Ada pula yang membaca berkelompok, membandingkan isi bukunya dengan buku temannya dan ngobrol seru tentang isi buku tersebut. Di acara membaca itu ada pemandu yang memberikan tema membaca. Contohnya tema 'Kelak ingin jadi apa?', maka si pemandu bercerita tentang beragam profesi dan merekomendasikan buku-buku yang bisa dibaca anak-anak untuk lebih memahami profesi tersebut dalam bahasa yang mudah dipahami. Pada tema 'Anak-anak pun Bisa Menulis', pemandu menunjukkan buku-buku karya anak-anak yang sekarang mulai bermunculan. Memang tidak setiap anak mengikuti arahan pemandu dan lebih sibuk membaca sendiri. Tapi setidaknya akan ada anak-anak yang terinspirasi oleh profesi tertentu atau menjadi seorang penulis setelah mengikuti acara ini. Pemandangan serupa juga pernah saya lihat ketika kami melakukan donor buku ke sebuah perkampungan di Jakarta Barat. Daerah tersebut penduduknya mayoritas kurang mampu, sehingga buku pun jarang terbeli karena untuk mengurusi perut saja sudah perlu kerja keras. Oleh karena itu wajah anak-anak yang kuyu dan muram karena harus membantu orang tuanya setelah bersekolah nampak berbinar-binar. Buku bagi mereka seolah menjadi hiburan setelah lelah bekerja dan bersekolah. Dulu saat kanak-kanak, saya juga sangat antusias jika perpustakaan keliling mampir di kampung kami di Malang. Bukunya beragam dan lebih banyak majalan anak-anak seperti Bobo, Ananda, Kuncup dan Kuncung. Kami tertawa-tawa gembira menyaksikan mobil itu terbuka memperlihatkan isinya yang penuh buku. Kami membayangkan hidup di negeri kelinci seperti Bobo dan adik-adiknya atau tinggal di negeri dongeng bersama Ratu Bidadari. Isi kepala kami penuh khayalan dan harapan, ingin jadi cerdik seperti Nirmala atau merasakan salju seperti di dongeng Snow White and 7 Dwarfs. Namun kejadian menyenangkan tersebut hanya terjadi beberapa kali. Mobil perpustakaan keliling itu tak pernah lagi terlihat di kampung kami. Lenyap dengan sendirinya. Begitu pula dengan mobil pintar berbasis perpustakaan keliling yang singgah ke kampung kami saat ini. Nasibnya tak beda jauh dengan perpustakaan keliling yang dulu sangat kami rindukan. Sudah beberapa pekan mobil itu tidak nampak. Dan karena penasaran saya pun bertanya, kemana perpustakaan keliling tersebut? Rupanya itu salah satu program ibu negara masa itu. Setelah jabatan suaminya sudah akan berakhir, programnya pun juga ikut berakhir. Akankah program mobil keliling dan donor buku tersebut kembali eksis? Anak-anak akan sangat terbantu dan gembira.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline