Lihat ke Halaman Asli

Dewi Setya Rini

Mahasiswa S1 Ilmu Hukum Universitas Jember

Sesuap Nasi yang Didapat Bu Iyah dari Hiruk-Pikuk Keramaian Kantin Universitas Jember

Diperbarui: 3 Juni 2023   23:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kelompok 9 Mata Kuliah Umum Pancasila kelas 62, Universitas Jember (Dok. pribadi)

Dalam wawancara yang dilakukan oleh 6 Mahasiswa Fakultas Hukum pada tanggal 25 Mei 2023 di sebelah kantin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Jember terdapat seorang ibu-ibu yang sudah tua sedang mengambil sampah-sampah bekas, ya Ibu Iyah namanya seorang pemulung wanita lansia yang sudah berusia kurang lebih 70 tahun beralamat di Kabupaten Jember. Saat ini Bu Iyah hanya tinggal bersama dengan anak cucunya, suaminya sudah meninggalkannya semasa jaman presiden Soeharto (Gusdur). Bu Iyah telah lama menjadi seorang pemulung sampah demi mencukupi kebutuhan sehari-harinya dengan keterbatasan usia.

Dengan usia yang sudah mencapai angka tersebut tentunya rentan dengan penyakit - penyakit yang ada. Ibu Iyah tentunya di Usia yang saat ini mengalami perubahan kesehatan, Perubahan kesehatan yang di alami Ibu Iyah adalah sakit pada bagian kaki. Sehingga ketika Ibu Iyah bekerja sebagai pemulung sering mengalami sakit pada bagian kaki, namun hal tersebut ditahan oleh Ibu Iyah agar tetap dapat bekerja. Meskipun terdapat berbagai tantangan yang dihadapinya, keberanian dan kegigihannya untuk mencari nafkah merupakan contoh ketekunan dan ketabahan.

Bu Iyah setiap harinya diantar oleh sang cucu tercinta dalam perjalanan menuju tempat mencari barang-barang bekas.  Mulai dari jam 7 pagi hingga jam 5 sore Bu Iyah mengunpulkan botol, kardus, dan barang lain yang dapat dijual kepada pengepul. Wilayah kelilingnya mulai dari kantin Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Fakultas Hukum, dan Fakultas Ekonomi dan Bisnis. 

Sampah daur ulang mulai dari botol dan kardus yang beliau kumpulkan tersebut kemudian disortir dengan jenis barang yang sama agar bisa  segera dijual kepada pengepul. Harga beli dari pengepul sangat murah, kardus hanya dihargai 1.000 rupiah per kilogram, bak plastik dihargai 1.700 rupiah per koligram, dan yang paling mahal botol dihargai 2.000 rupiah per kilogram. Meskipun dengan harga yang snagat murah Bu Iyah sangat menyukai pekerjaannya dan telaten dalam mengerjakannya daripada harus meminta-minta, katanya malu. 

Pendapatan yang beliau dapatkan dalam sehari hanya bisa mendapatkan 15 ribu, 20 ribu, dan paling banyak 25 ribu. Dalam hal tersebut artinya pendapatan yang diperoleh dari menjual barang hasil memulung tersebut tidak menentu setiap harinya. Banyaknya kebutuhan yang harus dipenuhi setiap harinya, dengan hasil memulung itu sebenarnya tidak cukup. Akan tetapi, Ibu Iyah berusaha untuk mencukupkan uang sebanyak itu untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Bu Iyah harus dapat membagi penghasilan tersebut untuk makan dan kebutuhan lainya. 

Bu Iyah menghemat keuangannya dengan cara yaitu hanya membeli beras sedikit, membeli sayur, membeli gula hanya 1 ons. Beliau juga mengatakan bahwa hanya makan dengan sayur dan telur rebus saja sudah cukup, yang penting sehat. Beliau juga selalu membawa sarapan atau bekal walaupun hanya sedikit. Dikarenakan juga beliau hanya hidup berdua dengan cucunya/anaknya maka beliau tidak hanya memikirkan dirinya, beliau juga memikirkan bagaimana cara memenuhi kebutuhan cucunya.

Berdasarkan cerita diatas dapat disimpulkan bahwa ketekunan dan ketabahan Bu Iyah merupakan contoh nyata ketekunan dan ketabahan dalam menghadapi tantangan hidup, hidup yang sederhana dan hemat, rasa tanggung jawabnya kepada keluarganya yang sangat besar, menghargai pekerjaannya sebagai pemulung dan sangat telaten dalam melakukannya, menghadapi tantangan dengan keberanian meskipun mengalami perubahan kesehatan dan kesulitan finansial, Bu Iyah tetap menghadapinya tak kenal lelah dan terus berjuang untuk mencari nafkah. Dengan cerita ini semoga dapat menjadi motivasi kita dalam menjalani hidup kedepannya yaaa….

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline