Lihat ke Halaman Asli

Dewi Nurhidayah

Tulisan yang semoga bermanfaat

Bagaimana Islam Memahami Ketidaksadaran Kolektif Jung?

Diperbarui: 6 Juli 2020   21:01

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Ketidaksadaran kolektif (collective unconscious) sudah mengakar dari masa lalu leluhur seluruh spesies. Ini merupakan salah satu konsep Jung yang paling kontroversial. Konten fisik yang menyertai ketidaksadaran kolektif diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai sebuah kondisi psikis yang potensial.

Pengalaman nenek moyang terdahulu dengan konsep universal, seperti Tuhan, ibu, bumi dan lainnya telah ditransmisikan dalam beberapa generasi, sehingga orang berada dalam suatu kondisi dan waktu yang dipengaruhi oleh pengalaman primordial primitive nenek moyangnya.

Dengan demikian, konten dari ketidaksadaran kolektif adalah kurang lebih sama pada seluruh budaya di dunia ini (Jung, 1934/1959). Hal ini tidak statis begitu saja tanpa berkembang, melainkan aktif dan memengaruhi pikiran, emosi serta tindakan seseorang. Ketidaksadaran kolektif bertanggung jawab dalam kepercayan terhadap agama, mitos serta legenda.

Hal tersebut juga memunculkan impian besar, yaitu mimpi yang memiliki arti di luar jangkauan impian seseorang dan dipenuhi dengan kepentingan manusia pada setiap waktu dan tempat. Ketidaksadaran kolektif tidak merujuk pada ide yang diturunkan, tetapi lebih pada kecenderungan kuat manusia untuk bereaksi dengan cara tertentu pada saat pengalaman mereka menstimulasikan kecenderungan turunan secara biologis.

Misal, seorang ibu muda akan secara langsung merasakan cinta dan sayang terhadap anaknya yang baru saja lahir walaupun sebelumnya ia pernah merasakan perasaan negatif atau biasa saja terhadap bayi semasa di kandungan. Kecenderungan untuk merespons ini merupakan bagian dari potensi seorang wanita. Akan tetapi, potensi seperti di atas membutuhkan pengalaman seseorang sebelum dapat menjadi aktif.

Manusia, seperti halnya hewan, datang ke dunia ini dengan sifat turunan yang telah ditentukan sebelumnya untuk dapat bertindak dan bereaksi dengan cara tertentu jika pengalamannya menyentuh sisi biologisnya. Selain itu, Jung berpendapat bahwa manusia memiliki kecenderungan yang diturunkan dan jumlahnya sama dengan situasi tipikal/keseharian dalam kehidupan manusia.

Ketidaksadaran Kolektif Jung dari Perspektif Islam

Teori yang disorot menjadi ciri khas atau keunikan dari tokoh Carl Gustav Jung adalah mengenai ketidaksadaran kolektif yang terdapat atau dialami oleh semua manusia dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.

Teori ini secara garis besar menyatakan bahwa manusia memiliki konsep atau prinsip kehidupan yang telah diturunkan secara turun menurun dari generasi ke generasi, misal konsep ketuhanan, bumi, siang-malam dan lain sebagainya. Jika dianalisis dengan menggunakan kisah yang ada, sebagai umat Islam meyakini sepenuhnya bahwa manusia itu pada dasarnya diciptakan oleh Allah SWT.

Sama seperti umat manusia yang lain, umat Islam pun percaya bahwa mereka diciptakan oleh Allah SWT yang Maha Esa dan tidak ada yang bisa menandingi-Nya. Selain itu, Allah SWT menciptakan manusia dengan fitrah yang diberikan sejak dari lahir. Manusia pada dasarnya telah memiliki fitrah yang suci dari Sang Pencipta, namun hal ini tergantung pada manusia itu sendiri. Ia lebih berpihak pada rayuan iblis atau kembali pada fitrahnya.

Ketidaksadaran kolektif pada manusia juga bisa terjadi dalam persoalan sehari-hari yang lebih familiar. Misalnya pastinya setiap orang pasti memiliki sebuah refleks jika mengalami sebuah cobaan atau kesulitan dalam hidup, entah ia akan menangis atau berusaha bangkit dari keadaan yang nyaris membuatnya terpuruk.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline