Banyak orang meniatkan untuk berhenti merokok, tetapi tidak semuanya berhasil. Hanya beberapa yang benar-benar sudah berhenti merokok. Lepas dari kecanduan bukanlah hal yang mudah. Butuh tekad dan alasan yang kuat. Apa saja alasan kuat orang berhasil berhenti merokok?
Mendalami Ilmu Agama
Temanku yang satu ini berhenti merokok setelah mendalami ilmu agama. Menurutnya pendalaman ilmu agama membuatnya semakin paham dan mudah menerima bahwa merokok lebih banyak mudarat dibanding manfaatnya. Jadi untuk apa dilakukan lagi?.
Temanku yang satu lagi berhenti merokok setelah menerima panggilan sebagai pengerja di gereja. Di sana mereka belajar bagaimana mempersembahkan hidup yang benar, bagaimana menjadi teladan, dan sebagainya.
Menganggur
Si bapak ini bekerja di sebuah perusahaan ternama dengan gaji yang besar. Berhenti merokok karena habis kontrak. Malu minta uang ke istri. Masa sudah nggak kasih nafkah berani minta?. Saking lamanya nganggur sampai lupa rasa rokok. Meskipun sudah bekerja lagi tetap tidak merokok.
Menjadi Teladan
Mendiang Ayah saya berhenti merokok setelah memergoki abang saya merokok. Waktu itu abang masih SD. Setelah dimarahi habis-habisan, ayah penasaran apakah abang mencuri untuk beli rokok. Ayah menanyakan darimana abang dapat uang untuk beli rokok. Abang ternyata ngambil rokok ayah yang biasa tergeletak di ruang tamu. Dia ngambil satu atau dua batang. Ayah memaafkan dan minta abang berjanji untuk tidak merokok lagi. Jawaban abang mengejutkan, "kok, ayah boleh". Sejak itu ayah berhenti merokok. Ayah saya sadar banyaknya kata-kata nasehat tidak membuat anaknya mengikutinya. Anak mengikuti apa yang dia lihat.
Alasan orang untuk berhenti merokok berbeda-beda. Dan saya yakin masih ada alasan spesifik lainnya selain yang saya utarakan. Kenaikan cukai rokok yang berimbas ke naiknya harga rokok, menurut saya tidak akan efektif untuk mengurangi jumlah perokok. Paling perokok berpindah dari merek A ke merek B yang lebih murah dan kembali lagi ke merek A pada saat kondisi keuangan membaik. Butuh alasan yang kuat untuk berhenti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H