Lihat ke Halaman Asli

Semoga Tuhan Tidak Menghukum Pemimpin yang Ingkar Akan Janjinya

Diperbarui: 24 Juni 2015   00:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Sebelum digelarnya kampanye terbuka untuk pemilu legislatif, GUbernur DKI Jakarta Joko Widodo (Jokowi) atas perintah dari Ketua Umum PDIP Megawati mendeklarasikan pencapresan mantan Walikota Solo ini. Jokowi yang baru menjabat Gubernur DKI sekitar 1,5 tahun ini banyak kritikan karena tidak sesuai dengan janjinya ketika berkampanye untuk merebutkan kursi DKI 1.

Salah satu kritikan atau sindiran terhadap pencapresan Jokowi tersebut muncul pada iklan di beberapa media televisi, dalam iklan yang berjudul "Ku Taguh Janjimu" ini ditayangkan bagaimana Jokowi berkomitmen dihadapan massa ketika kampanye dulu untuk menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta untuk 5 tahun ke depan, Iklan yang ditayangkan ini bertujuan untuk mengingatkan kembali kepada Gubernur DKI yang kini sebagai capres dari PDIP agar ingat akan janjinya semasa kampanye dulu.

Namun, alih-alih merenungkan dan mengingat-ingat kembali perkataanya dalam kampanye tersebut, Jokowi malah menuduh iklan tersebut sebagai salah satu black campaigne (kampanye hitam) ditengah-tengah masa kampanye terbuka untuk pileg ini, bahkan Jokowi berniat untuk melaporkan pihak-pihak yang menayangkan iklan tersebut kepada pihak yang berwajib dengan tuduhan berbuat kampanye hitam.

Kalau dilihat dari isi iklan tersebut sebenarnya tidaka ada unsur kampanye hitam, iklan ini hanya ingin mengingatkan kembali memori masyarakat akan janji-janji para politisi salah satunya Jokowi yang katanya akan mengabdi untuk Jakarta dalam 5 tahun ke depan atau untuk 1 periode yaitu 2012-2017. Iklan-iklan seperti ini sangat bagus untuk mengingatkan para politisi kita, agar tidak mudah lupa dengan janji semasa kampanye dulu, yang artinya iklan ini mengajak para politisi untuk berkomitmen pada apa-apa yang diucapkannya, bukan mengingkarinya.

Kalau dalam istilah, "Pemimpin yang dipegang adalah ucapannya," bagaimana kalau pemimpin ingkar dengan ucapannya, bisa jadi dia akan ingkar dengan janji-janjinya ketika kampanye, sehingga ucapan-ucapannya tidak patut dan tidak bisa dipegang lagi ketika sudah menjabat, sehingga yang disakiti adalah rakyat yang memilihnya, rakyat akhirnya memilih pemimpin yang "maruk" akan kekuasaan, bukan yang amanah dan teguh pada janji yang diucapkannya.

Memang perpolitikan di Indonesia sangat dinamis, sehingga perubahan-perubahan peta politik kerap kali terjadi, tetapi janji adalah janji, janji adalah sumpah yang didengarkan rakyat dan Tuhan, sehingga apabila mengingkarinya maka rakyat akan sakit hati sehingga Tuhan akan berhendak dengan kekuasaannya yang sangat "Maha," sehingga tidak sedikti orang yang mengingkari sumpah akan menerima adzabnya.

Jadi, adanya iklan yang mempertanyakan sikap Jokowi yang sekarang menjadi capres PDIP adalah suatu hal yang wajar, dan bukan kampanye hitam, sehingga sangat salah jika Jokowi menuntut dan melaporkan kepada pihak yang berwajib, dan seharusnya Jokowi bisa instropeksi diri, apakah pencapresannya ini melukai warga Jakarta atau tidak? atau lagi pencapresannya ini melanggar sumpah dan janjinya ketika kampanye dulu dan juga ketika diambil sumpah jabatannya dihadapan jutaan rakyat Jakarta? Wallahu A'lam... semoga Tuhan tidak menghukum kepada pemimpin yang mengingkari sumpahnya. Amiin

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline