TB1_Pemeriksaan Pajak_ Dialektika Hermeneutis Hanacaraka untuk Prosedur Audit Pajak _Dosen Bapak Prof. Dr. Apollo Daito, S.E., Ak., M.Si., CIFM., CIABV., CIABG
Dialektika Hermeneutis Hanacaraka untuk Prosedur Audit Pajak
What ?
Apakah yang Dimaksud dengan Makna Meta Harmeneutika Aksara Jawa ?
Dialektika Hermeneutis Hanacaraka adalah sebuah konsep yang menarik yang menggabungkan beberapa elemen penting, yaitu:
- Dialektika
Metode berpikir yang melibatkan perdebatan antara dua ide yang berlawanan untuk mencapai pemahaman yang lebih dalam. Dalam konteks ini, dialektika mungkin digunakan untuk menganalisis dan menginterpretasikan teks atau konsep.
- Hermeneutika
Teori dan metode interpretasi, terutama teks. Hermeneutika berusaha memahami makna yang mendalam dari suatu teks dengan mempertimbangkan konteks sejarah, budaya, dan Bahasa.
- Hanacaraka
Abjad atau aksara Jawa kuno. Dalam konteks ini, Hanacaraka mungkin digunakan sebagai titik awal atau objek studi dalam proses interpretasi.
Jadi, secara sederhana, Dialektika Hermeneutis Hanacaraka adalah upaya untuk memahami makna yang lebih dalam dari teks atau konsep Jawa kuno (yang menggunakan aksara Hanacaraka) melalui proses dialog dan interpretasi yang mendalam. Contoh penerapannya yaitu :
- Mempelajari kitab-kitab Jawa kuno dengan menggunakan pendekatan dialektika hermeneutika, kita dapat menggali makna simbol-simbol, cerita, dan nilai-nilai yang terkandung dalam kitab-kitab tersebut.
- Menganalisis karya sastra Jawa, dimana kita dapat memahami makna yang lebih dalam dari puisi, tembang, atau cerita rakyat Jawa dengan mempertimbangkan konteks sejarah dan budaya.
- Mempelajari filosofi Jawa dengan konsep ini dapat membantu kita memahami pemikiran para filsuf Jawa seperti Ki Hajar Dewantara atau Raden Ngabehi Ranggawarsita.
Dialektika Hegelian adalah sebuah metode berpikir yang dikembangkan oleh filsuf Jerman, Georg Wilhelm Friedrich Hegel. Metode ini memandang dunia sebagai proses yang terus-menerus berubah dan berkembang melalui konflik dan penyatuan ide-ide yang bertentangan. Hegel percaya bahwa kebenaran bukanlah sesuatu yang statis, melainkan sesuatu yang terus berkembang melalui dialektika ini.Proses dialektika Hegelian dapat divisualisasikan sebagai sebuah spiral yang terus berputar. Setelah sintesis tercapai, sintesis ini kemudian menjadi tesis baru yang akan melahirkan antitesis baru, dan seterusnya. Proses ini terus berulang, menghasilkan pemahaman yang semakin mendalam dan kompleks tentang dunia. Misalnya, tesis adalah semua manusia sama. Antitesisnya adalah semua manusia berbeda. Sintesis dari kedua pernyataan ini bisa menjadi semua manusia pada dasarnya sama, tetapi memiliki perbedaan individu yang unik. Sintesis ini kemudian menjadi tesis baru yang dapat melahirkan antitesis dan sintesis baru lagi. Dialektika Hegelian memiliki pengaruh yang luas dalam berbagai bidang, seperti filsafat, sejarah, sosiologi, dan bahkan ilmu alam. Konsep ini sering digunakan untuk menganalisis perubahan sosial, perkembangan sejarah, dan evolusi ide-ide.
Apa yang Membedakan Hermeneutika Hanacaraka?
Konsep hermeneutika Hanacaraka merupakan sebuah pendekatan interpretasi yang unik, khususnya dalam konteks kajian teks-teks Jawa Kuno. Hanacaraka sendiri merujuk pada abjad atau aksara Jawa Kuno, sementara hermeneutika adalah teori dan metode interpretasi teks.
- Konteks Budaya yang Kuat
Teks-teks Jawa Kuno sarat dengan simbolisme, kiasan, dan konteks budaya yang spesifik. Hermeneutika Hanacaraka berusaha memahami makna teks-teks ini dalam konteks budaya aslinya, bukan hanya secara literal.
- Pentingnya Bahasa Kuno
Pemahaman mendalam terhadap bahasa Jawa Kuno, termasuk nuansa makna kata, tata bahasa, dan gaya bahasa, sangat krusial dalam interpretasi.
- Peran Nilai-Nilai Lokal
Nilai-nilai, kepercayaan, dan filosofi Jawa Kuno memainkan peran penting dalam memahami makna teks. Interpretasi harus mempertimbangkan bagaimana nilai-nilai ini tercermin dalam teks.
- Dialektika dalam Interpretasi
Sama seperti dialektika Hegelian, hermeneutika Hanacaraka melibatkan proses dialog antara teks, pembaca, dan konteks. Makna teks tidak statis, melainkan terus berkembang seiring dengan perubahan pemahaman pembaca.
Dalam menginterpretasi sebuah kakawin (puisi Jawa Kuno), seorang peneliti tidak hanya akan melihat makna kata per kata, tetapi juga akan memperhatikan simbol-simbol alam yang digunakan, seperti gunung, laut, atau bunga. Simbol-simbol ini seringkali memiliki makna yang lebih dalam dan terkait dengan konsep-konsep filosofis Jawa.
Apakah yang Dimaksud dengan Prosedur Audit Pajak?
Audit pajak perlu dilakukan dalam rangka mengetahui Tingkat kepatuhan wajib pajak. Sesuai dengan Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan (UU KUP) sebagaimana telah diubah terakhir dengan UU HPP No. 7 Tahun 2021, audit atau pemeriksaan pajak dilakukan untuk mengetahui tingkat kepatuhan wajib pajak atas kewajiban perpajakannya seperti penyetoran pajak, pelaporan dan pemenuhan kawajiban perpajakan lainnya. Berdasarkan PER-23/PJ/2013 tentang standar pemeriksaan yang engatur bagaimana pemeriksaan pajak harus dilakukan. Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa setiap pemeriksaan pajak dilakukan secara objektif, profesional, dan konsisten dengan standar yang telah ditetapkan. Pemeriksaan pajak didefinisikan sebagai rangkaian kegiatan untuk menguji kepatuhan wajib pajak terhadap ketentuan perpajakan. Pemeriksaan dapat dilakukan untuk berbagai tujuan, seperti menguji kepatuhan, mengumpulkan data, atau tujuan lain yang terkait dengan pelaksanaan ketentuan perpajakan. Peraturan ini menetapkan standar umum dan standar pelaksanaan pemeriksaan. Standar umum meliputi independensi, objektivitas, dan profesionalisme pemeriksa, sedangkan standar pelaksanaan mengatur bagaimana pemeriksaan harus dilakukan, mulai dari tahap perencanaan hingga pelaporan. Peraturan ini memberikan ruang bagi petugas pajak untuk menggunakan berbagai metode dan teknik pemeriksaan, seperti pengujian dokumen, wawancara, dan analisis data. Hasil pemeriksaan harus dituangkan dalam laporan pemeriksaan yang berisi temuan-temuan, kesimpulan, dan rekomendasi.
Why ?
Mengapa Dialektika Hermeneutis Hanacaraka Diperlukan dalam Prosedur Audit Pajak ?