Lihat ke Halaman Asli

Dewi Syafrie

Tulisan yang baik akan mendatangkan kebaikan kepada penulisnya. Bismillah!

Dari Gerakan #akuberdaya, Pakar Pemaafan Bantah Kasus Perceraian Meningkat Selama Covid-19

Diperbarui: 11 Februari 2022   12:02

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kastini S. Kaspan , seorang Forgiveness Trainer & Well Being Coach (Dokpri)

Memaafkan bagi kebanyakan orang menjadi pekerjaan paling sulit dilakukan. Hal itu terjadi karena, rasa sakit dan kehilangan yang dialami tidak dapat digantikan oleh pernyataan maaf ataupun diberi bentuk tanggung jawab berupa materi yang diberikan orang yang berbuat salah kepada kita.


Namun, terus menerus menyimpan api kemarahan, membuat tubuh rentan mengalami gangguan kesehatan. Sudah tahu akibatnya, apakah akan terus mengelola sakit hati itu?

Kastini S. Kaspan , seorang Forgiveness Trainer & Well Being Coach mengatakan dalam kehidupan normal, merasakan perselisihan adalah hal yang tidak dapat dihindari.
Bahkan perselisihan tersebut tidak jarang menimbulkan rasa sakit di hati terhadap sikap dari pasangan, anak sendiri , keluarga atau sahabat.

"Kata-katanya susah sekali dilupakan, makanya  belum bisa memaafkan. Kalau diingat, rasanya masih sesak. Biasanya alasannya seperti itu ya. Ada anak yang sampai sekarang masih menyimpan luka di hati karena pola asuh di masa kecil. Sakit hati dengan teman-teman, tetangga atau bahkan kesal pada diri sendiri. Saya merasa kecewa , marah, ketika anak saya nggak menghargai,  saya merasa gagal sebagai orang tua. Merasa bahwa pola asuh yang diterapkannya salah," ungkap Kastini S. Kaspan pada acara sharing session 'Pemaafan Untuk Kebahagiaan Diri dan Keluarga' yang digelar Gerakan #akuberdaya bekerjasama dengan Tempa Trainers Guild (TTG), baru-baru ini.

Gerakan #akuberdaya merupakan sebuah gerakan yang diinisiasi oleh desainer Nina Nugroho dengan target melejitkan keberdayaan  1 juta  perempuan dalam setahun ke depan.

Sejumlah  program telah dilakukan, salah satunya menggelar berbagai edukasi  melalui pemanfaatkan zoom online sharing session  yang dijadwalkan setiap hari Minggu, jam 10.00- 11.30 WIB.

Kastini menambahkan, pada beberapa orang kesulitan untuk memaafkan karena mereka sadar atas haknya untuk merasa marah dan merasa pihak yang bersalah tidak layak mendapatkan kebaikan.

Membuat keputusan untuk memaafkan berarti kita melepaskan kebencian, yang mana kita memiliki semua hak untuk memilikinya. Ketika mengambil keputusan untuk memaafkan, maka itu artinya kita melepaskan kebencian, sehingga muncul rasa damai.

"Kadang  kita seolah-olah telah memaafkan kesalahan mereka dengan tegar, namun acap kali masih memendam rasa sakit dan dendam," urai Kastini.

(Dokpri)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline