Dalam perkembangan zaman ini, interaksi antar individu, kelompok, pemerintah baik regional hingga internasional semakin luas dan mendorong berbagai bentuk aktivitas global. Akses terhadap informasi yang semakin mudah juga turut meningkatkan pertukaran budaya, pengetahuan, bahasa dan lain sebagainya. Dalam hubungan internasional, kegiatan tersebut turut memiliki pengaruh terhadap cara berdiplomasi antar Negara yang semakin luas.
Salah satu bentuknya yaitu Diplomasi Publik, pengertian dari Diplomasi Publik yaitu praktik melibatkan audiens asing untuk memperkuat hubungan, membangun kepercayaan, dan meningkatkan kerja sama. Hal ini merupakan mekanisme utama yang melaluinya negara-negara dapat menumbuhkan rasa saling percaya dan hubungan yang produktif dan menjadi hal yang sangat penting dalam membangun lingkungan global yang aman.
Menurut Murrow, 1963 dalam Leonard, 2002, diplomasi publik harus membedakan dirinya dari diplomasi tradisional karena mencakup interaksi tidak hanya dengan pemerintah, namun khususnya dengan individu dan organisasi non-pemerintah. Hal ini tidak menutup kemungkinan apabila bentuk dari diplomasi publik memiliki berbagai cara dalam hubungan internasional, misalnya dapat dilihat dalam strategi diplomasi publik Indonesia dan Prancis dalam bidang kebudayaan melalui Europalia Arts Festival (EAF) dimana Indonesia mengikuti festival tersebut di tahun 2017.
Indonesia dan Prancis telah membangun hubungan diplomasi sejak tahun 1950 hingga saat ini hubungan kedua Negara ini terus terjalin dan semakin luas dalam berbagai bidang. Kemitraan strategis antara Indonesia dan Prancis semakin kuat sejak tahun 2011 ketika Perdana Menteri Franois Fillon ke Indonesia tanggal 30 Juni - 2 Juli, yang difokuskan pada lima bidang kerja sama, yaitu: 1) Perdagangan dan investasi, 2) pendidikan, 3) industri pertahanan, 4) sosial budaya / people-to-people contacts, dan 5) penanganan dampak perubahan iklim.
Pada poin yang ke 4 terkait sosial budaya/people-to-people contacts, Indonesia dan Perancis bekerja sama melalui Festival budaya yang diadakan oleh Europalia Arts Festival (EAF) di 7 Negara Eropa yaitu Austria, Inggris, Belgia, Prancis, Jerman, Polandia, dan Belanda. Pada sejarahnya, EAF merupakan festival seni dan budaya internasional yang diadakan setiap dua tahun sekali di Belgia dan Negara tetangga lainnya dan di tahun 2017 Indonesia pertama kali melakukan kolaborasi kebudayaan untuk dikenalkan kepada 7 Negara tersebut. Dalam festival tersebut Indonesia secara umum menampilkan 247 karya dan program kegiatan dalam bentuk 20 pameran, 71 pertunjukkan tari, 95 pentas musik dan 18 pemutaran film serta 9 konferensi.
Pada festival ini, Indonesia melakukan kerjasama dengan Prancis berupa gelar budaya di 2 Kota Prancis yaitu Chambery dan Lyon dengan penampilan konser gamelan di Gedung Cite des Arts, Kota Chambery serta melakukan pawai budaya di sekitar Kota Lyon dengan pakaian, dan tarian adat Indonesia yang menarik minat masyarakat Prancis.
Selama festival di Prancis Indonesia juga menunjukkan ragam budaya Nasional dengan booth yang mempresentasikan budaya dari Labuan Bajo, Bali, dan destinasi lainnya. Upaya yang dilakukan tersebut merupakan instrumen dalam diplomasi publik untuk memperkenalkan keunikan Negara kepada publik secara luas. Pada festival AEF 2017 di Prancis dilaksanakan dari 14 November hingga 9 Desember 2017, dan tidak hanya menampilkan booth serta pawai Indonesia juga menampilkan tarian, musik dan teater di Prancis.
Dalam festival tersebut, Indonesia membawakan tema Heritage, Contemporary, Creation, and Exchange yang memprioritaskan keunikan Indonesia sebagai Negara Kepulauan yaitu dengan menampilkan pameran Perahu bernama Padewakang yang dibuat di Tana Beru Bulukumba, Sulawesi. Aspek diplomasi yang ditunjukkan terhadap masyarakat Prancis ini meningkatkan people to people approachment, sejalan dengan penerapan diplomasi publik Indonesia.
Dengan melakukan sharing secara langsung terhadap masyarakat, pengalaman untuk melihat hingga mencoba berbagai produk serta melihat langsung keunikan budaya menjadi bentuk soft power pemerintah Indonesia. Selain melibatkan aktor non negara, seniman, lembaga hingga individu, Pemerintah juga turut terlibat sebagai aktor negara yang berperan penting dalam pelaksanaan festival budaya AEF yaitu dengan diplomasi publik dalam bentuk goverment to goverment dengan diberikan kewenangan penuh oleh Presiden Indonesia.
Penampilan dari Indonesia diwakili oleh Nani Topeng Losari Cirebon, Eko Supriyanto, Salawat Dulung, I Wayan Gede Yudane, dan Svara Amiens yang telah tersebar di beberapa kota di Prancis. Dalam festival tersebut adapun tujuan untuk memperkuat dan memperluas hubungan antar Negara :