Lihat ke Halaman Asli

DEWIYATINI

freelance writer

Kisah Ibu dengan Sebelas Anak dan Suami yang 'Antara Ada dan Tiada'

Diperbarui: 23 Mei 2024   17:12

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.pexels.com/id-id/foto/wanita-menggendong-bayi-di-pantai-saat-matahari-terbenam-51953/

Tadi baca artikel tentang para elit negeri ini tengah mempersiapkan program unggulan mereka tentang makan siang gratis yang kemudian berganti istilah menjadi makan bergizi bagi anak-anak. Yang sebenarnya, kalau urusan makan itu merupakan tanggung jawab orang tuanya. 

Saya jadi ingat pertemuan saya dengan seorang ibu dari Garut saat di depan Rumah Sakit Santosa. Ketika itu, saya tengah ngopi, sedangkan si ibu hendak membeli popok instan untuk anak lelakinya yang berusia tiga tahun.

Anaknya yang aktif itu mengingatkan saya dan suami pada anak bungsu kami yang sudah pergi. Mungkin lebih besar dari anak itu.

Tidak tahan melihat kelucuannya, kami ajak dia bercanda. Tiba-tiba si ibu cerita, kalau itu anaknya yang ke-11. Apa? Enggak salah? Karena kalau diperhatikan usia si ibu tidak jauh dari saya. 

Ia kembali menjelaskan kalau anak itu benar-benar yang ke-11. "Tapi anak ini mah, enggak pernah tahu bapaknya."

Perkataan si ibu sungguh ambigu. Dengan hati-hati, saya tanya lagi maksud ucapannya itu. Ternyata dia bilang, suaminya itu 'antara ada dan tiada'. Oh, kalau kata jaman sekarang itu fatherless.

Kembali si ibu bercerita kalau anaknya yang paling besar itu usianya 24 tahun sudah menikah dan memiliki anak yang usianya 6 bulan. Anaknya 5 perempuan, 6 laki-laki. Masih sekolah SMA, SMP, dan SD. 

Lalu, bagaimana ia bisa menghidupi 10 anaknya itu sementara suaminya 'antara ada dan tiada'? Saya tidak menanyakannya langsung. Hanya menyimpulkan dari ceritanya. 

Hari itu, dia datang ke Bandung tepatnya Rumah Sakit Santosa dengan menaiki kereta api dari Stasiun Leles, karena rumahnya di Kadungora, Garut. Seharusnya ia berhenti di Stasiun Bandung, tapi terlalu lelah membuat ia terlelap hingga jelang Stasiun Ciroyom. 

Hari itu, kali pertama dia bawa anak bungsunya karena kakak-kakaknya mulai masuk sekolah. "Tidak ada yang bisa saya titipkan."

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline