Setiap pagi, seharusnya olahraga semacam jogging keliling kampung. Ini setiap pagi olah vokal berhadapan sama anak usia sekolah dasar. Mulai dari jadi jam kik kuk si anak yang tidak sat-set urusan pergi sekolah, hingga urusan pergi sekolah yang mepet.
"Bu, lihat buku Bahasa Indonesia aku gak?"
"Bu, pensil aku disimpen di mana?"
"Bu, masih ngantuk bentar lagi ya?"
Tentu saja, pertanyaan dan permintaan si anak SD ini akan diladeni si Ibu dengan kalimat yang tentunya template dan penuh kesabaran di menit-menit awal.
"Kamu simpen di mana Buku Bahasa Indonesia-nya? Kalau tidak ketemu, bilang saja ke Ibu guru."
"Tadi malam waktu menyalin Bahasa Arab, kamu pakai pensilmu. Setelah itu, diingat-ingat disimpennya di mana."
"Duduk dulu, biar kepalanya tidak pusing."
Itu kalimat-kalimat indah dengan level 0, tanpa ada kekesalan. Tapi kalau si anak keukeuh dengan pertanyaannya yang seolah-olah menuduh si Ibu menyembunyikan barang-barangnya, bisa naik pitam juga. Oktaf suara naik ke level satu.
"Makanya semalam kan sudah dikasih tahu, buku sekolah disiapkan. Ini malah main game di HP terus. Mau tidur main HP juga. Pantas susah dibangunkan."