Daging sate kambing, ayam, atau sapi, sudah sering dijajal. Tapi sate kelinci, duh, rasanya tidak tega untuk memakannya. Karena beberapa kali sempat pelihara. Terpaksa berakhir karena mereka mati setelah terlalu sering dikasih makan.
Dulu, di Lembang Kabupaten Bandung Barat, yang namanya kedai penjual sate kelinci itu berjejer. Sebelum Lembang diserang destinasi wisata kekinian.
Sekarang hanya tersisa beberapa. Itu pun kedai sate kelinci tidak setiap hari buka.
Di Lembang, olahan daging kelinci sudah dikenal lama. Di antara sekian banyak olahan daging kelinci, sate kelinci yang paling terkenal. Wisatawan yang pelesiran ke Lembang pasti mencari kuliner dari daging kelinci tersebut Tidak heran, bila di Jalan Raya Lembang tepatnya di sekitar destinasi wisata Farm House dan The Great Asia Afrika berjajar kedai olahan kelinci.
Namun, saat ini, jumlah kedai sate kelinci bisa dihitung dengan jari. Sebagian besar telah menutup usahanya, sementara beberapa lainnya bertahan dengan menambah menu non-kelinci. Salah satunya adalah kedai milik Bu Dedeh yang masih buka dan letaknya sekarang bersebelahan dengan makam Otto Iskandar Dinata.
Kedai milik Bu Dedeh ini sudah beroperasi selama 27 tahun. Menurutnya, masa keemasan olahan daging kelinci, terutama sate kelinci, terjadi pada tahun 1997. Pada masa itu, sate kelinci menjadi primadona, dengan pasokan kelinci pedaging yang melimpah sehingga memudahkan para pedagang mendapatkan bahan baku. "Lembang sangat terkenal dengan sate kelincinya. Selalu dicari waktu itu," kata Bu Dedeh.
Bu Dedeh tetap bertahan meskipun bisnis sate kelinci mengalami pasang surut. Apalagi saat masa pandemi, semua usaha ditutup dan Bu Dedeh pun turut meliburkan usahanya. Saat ini, Bu Dedeh baru beroperasi selama lima bulan di lokasi baru karena tempat usahanya yang lama dibeli untuk dijadikan toko oleh-oleh.
Di kedai barunya, Bu Dedeh menyediakan beberapa olahan daging kelinci. Selain sate, ada juga kelinci goreng, sop kelinci, tongseng kelinci, kelinci bakar, dan kelinci goreng penyet. Meskipun banyak jenis olahan yang ditawarkan, sate kelinci tetap menjadi favorit pelanggan. Rata-rata, setiap porsi diberi harga kisaran Rp25.000 hingga Rp35.000.
Sebagian besar kedai sate kelinci menyajikan sate kelinci dengan bumbu kacang dan cocolan kecap yang dicampur bawang merah dan cabai rawit. Satu tusuk biasanya terdiri dari empat potongan daging kelinci. Saat digigit, potongan daging kelinci terasa jauh lebih gurih dan empuk dibandingkan dengan sate ayam.
Selain sate, olahan daging kelinci lain juga tak kalah menarik. Misalnya, tongseng kelinci di kedai Bu Dedeh memiliki aroma dan rasa rempah yang lebih terasa di lidah. Bumbu tongseng tidak dibuat manis seperti tongseng kambing atau sapi, tetapi memberikan rasa hangat dari rempah yang cocok di lidah, terutama ketika disantap di malam hari untuk meredam dingin cuaca Lembang.