Lihat ke Halaman Asli

DEWIYATINI

freelance writer

Stop Normalisasi Nyawa Melayang Tidak Wajar dengan Sebutan Takdir

Diperbarui: 12 Mei 2024   16:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ILUSTRASI | Pexels.com

Dulu di media sosial Twitter, ada yang disebut "twitwar". "Twitwar" adalah istilah yang digunakan untuk merujuk pada konflik atau pertengkaran yang terjadi di platform media sosial Twitter. Istilah ini terbentuk dari penggabungan kata "tweet" (pesan yang diposting di Twitter) dan "perang" (konflik atau pertempuran).

Twitwar biasanya terjadi ketika dua atau lebih pihak saling berdebat atau bertengkar secara terbuka di Twitter, sering kali dengan pesan yang panas dan penuh emosi. Konflik ini bisa berkembang dari berbagai topik, mulai dari politik, hiburan, olahraga, hingga isu-isu sosial.

Nah, kalau di Instagram, disebut apa ya? 

Oke, saya membahas ini dengan konteks diskusi yang masih ada kaitannya dengan kecelakaan bus rombongan siswa di Subang sepulang merayakan perpisahan. Saya bukan lagi orang yang diam saja ketika scroll media sosial. Menyampaikan isi kepala baik itu persetujuan atau perbedaan pendapat, akan membuat saya tetap waras.

Singkat cerita, saya membalas komentar di salah satu postingan berita yang membahas tentang kecelakaan bus. Komentar itu menyebutkan kecelakaan itu sudah takdir. Saya menyampaikan pendapat saya, agar tidak mengaitkan kematian akibat kecelakaan dengan takdir. 

"Kematian memang takdir, tapi kalau rusaknya rem blong karena kelalaian bisa disebut kejahatan," begitulah saya berkomentar. 

Akhirnya komentar itu merembet pada bahasan itu merupakan kegiatan study tour, yang masih saya bantah dengan mengatakan itu kegiatan perpisahan yang tentunya jauh berbeda dengan study tour

Lama-lama ini bukan lagi diskusi, tapi jadi perang yang tak tentu arah. Jadi debat kusir yang kusirnya tidak punya background untuk mengendalikan kudanya. Saya merasa memang harus disudahi ketika dia bawa-bawa akun centang biru yang katanya memberi label itu sebagai study tour.

Suami saya yang menyimak perdebatan karena saya perlihatkan langsung menanggapi, "bilang aja kamu itu bertahun-tahun liputan di bidang itu jadi kamu tahu perbedaan antara study tour dengan perpisahan."

Saya tidak mau terseret ke dalam perang yang tak jelas dan cuma jadi bahan tertawaan netizen lain memilih mengakhiri dengan perkataan saya tidak sanggup kalau harus membantah akun centang biru. Jumlah follower saya kalah, tsay!

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline