Lihat ke Halaman Asli

DEWIYATINI

freelance writer

Merayakan Kemenangan Ramadhan: Kesucian Tidak Perlu Dimaknai Serba Baru di Lebaran

Diperbarui: 7 April 2024   22:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

https://www.pexels.com/id-id/foto/mode-cinta-orang-orang-perempuan-7249348/

Momen Lebaran seringkali jadi momen 'memaksakan diri'. Mulai dari baju baru, memasak dalam porsi besar, kue-kue, hingga belanja banyak hal baru. 

Ternyata jiwa yang fitri masih ditandai dengan hal-hal semu. Menanamkan nilai pada anak, kalau Lebaran harus serba baru. Padahal belum tentu itu kebutuhan pokok. 

Beli baju baru tidak harus Lebaran, tapi sesuai kebutuhan. Saat pakaian sudah rusak dan tidak dapat diperbaiki. Saat sepatu sudah tidak muat lagi. 

Memasak dalam porsi besar padahal keluarga segitu-gitu aja. Menu yang di hari ketiga sudah lagi tidak menarik dicicipi. Pada akhirnya, makanan terbuang. 

Sengaja belanja berbagai kue. Untuk tamu? Mungkin saja. Tapi apakah kita ini akan open house sehingga butuh makanan dan camilan yang banyak untuk menjamu tamu. 

Karena biasanya yang terjadi, setelah solat ied akan berziarah makam, silaturahmi dengan kerabat, menyantap ketupat dan opor, lalu dilanjut menebus waktu tidur yang hilang karena malam takbiran. Tidak aktivitas fashion show untuk memamerkan segala hal baru. 

Padahal makan Fitri itu sendiri, berarti hati kembali suci, kembali dimulai dari titik nol. Hati kita yang kembali suci, bukan fisik yang kembali dibalut baju baru. 

Sayangnya yang terjadi memaknai Lebaran itu malah dengan baju baru. Nilai yang keliru malah terus dipertahankan. 

Lebaran jadi momen memperpanjang gaya hidup konsumtif. Coba ingat waktu puasa, sudah seberapa konsumtif-kah kita? Lalu akankah terus dilanjutkan menghabiskan uang gajian dan THR untuk segala hal baru?

Tidak mudah bagi kita sebagai kalangan minoritas yang berupa menentang tradisi tersebut. Kenapa harus baju baru? Siapa yang memulai tradisi ini? 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline