Sebelumnya isu Kaesang Pangarep ikut terjun di politik sempat simpang-siur. Kabar awal yang beredar, Kaesang akan turut dalam pertarungan pemilihan kepala daerah di Kota Depok. Kemudian kabar itu mereda, saat sang ayah, Joko Widodo mengungkapkan Kaesang tidak akan maju jadi Wali Kota Depok.
Pemberitaan soal Kaesang sepi, hanya soal politik-nya. Kaesang makin sering memunculkan citra sebagai suami paling disayang dan sekaligus takut pada istrinya. Setidaknya itu yang dicermati di media sosialnya.
Kaesang juga terus memperkuat citranya di kanal YouTube-nya. Pun sosok anak bungsu yang sangat sayang ayah ibunya. Tidak luput juga konsistensinya menaruh perhatian di dunia olah raga sepak bola.
Lalu, muncul kabar Kaesang bergabung dengan Partai Solidaritas Indonesia (PSI). Tidak lama, muncul berita Kaesang menjadi Ketua Umum PSI. Peta politik berubah? Pasti.
Kaesang sebagai anak presiden pasti akan sangat mengubah peta politik. Di saat sang sulung Gibran digadang-gadang mampu menjadi bakal calon wakil presiden jika putusan Mahkamah Konstitusi mengubah batasan usia pendaftaran dalam pemilihan presiden disetujui. Saat nama Kaesang muncul, meskipun belum cukup umur untuk turut nyalon di pilpres, tapi ini menjadi sejarah baru.
Anak muda mulai muncul dan bisa menarik kalangan muda lainnya untuk terjun di politik. Ada yang menyebut politik itu kotor, ya, perbaikilah. Siapa yang bisa memperbaikinya? Anda, kaum muda yang tidak hanya main tunjuk tapi turun tangan ikut memperbaiki.
Kehadiran kaum muda di dunia politik tidak mungkin berjalan mulus. Nyata, PDIP tiba-tiba mengeluarkan pernyataan bahwa dalam satu keluarga tidak boleh ada dua partai politik. Saya akui kecerdasan Kaesang yang mampu dengan lugas menjawab bahwa keluarga yang dia maksud itu bukanlah Jokowi dan kakak-kakaknya. Ia menyebut keluarganya sekarang adalah sang istri Erina Gudono.
Pernyataan Kaesang tidaklah salah. Semenjak dinikahi, Erina adalah keluarganya. Berada dalam satu kartu keluarga.
PDIP bisa saja menganggap yang dilakukan Kaesang salah dan tidak sesuai dengan aturan partai. Tapi jika yang dimaksud keluarga itu berarti berada dalam satu kartu keluarga, dan ternyata Kaesang sudah terpisah dari kartu keluarga Jokowi sejak menikah, ya, Kaesang tidak salah.
Ia berhak memiliki pilihan politik yang berbeda dengan ayah dan kakak-kakaknya. Kaesang bebas memilih. Pilihan Kaesang sekarang tidak bisa disalahkan. Ia sudah memilih PSI sebagai rumah politiknya.