Lihat ke Halaman Asli

Harapan Bumi dan yang Didapatkan Bumi

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Hobi. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Rawpixel

Bumi itu bagaikan sebuah tubuh, tanah adalah kulitnya, gunung adalah jerawatnya, laut adalah persediaan airnya, pohon adalah bulunya, hewan dan manusia adalah Bakterinya, awan adalah penetral racunnya, dan langit adalah sunblock nya.

Bumi berharap pada sang bakteri agar mempercantik dan memelihara tubuhnya agar tetap indah terawat. bumi menyediakan tanaman untuk menjaga keseimbangan kulitnya agar tetap sejuk dan tidak terlalu panas ketika sang matahari menyinarinya. Bumi mengizinkan hewan memakan beberapa tanamannya untuk menghasilkan pupuk dan menyuburkan tanaman. sedangkan untuk hewan pemakan daging dianjurkan memangsa hewan yang pemakan tanaman berlebihan agar tetap seimbang. dan tanaman akan tumbuh dengan asri. sedangkan manusia yang merupakan bakteri berakal diizinkan bumi untuk memelihara atau memantau perkembangan yang terjadi dalam dirinya. jika ada yang masih kurang maka bumi berharap agar manusia mampu memperbaikinya. tetapi yang terjadi saat ini manusia malah melakukan perubahan besar terhadap dirinya yang mengakibatkan Bumi merasa tersakiti. manusia sibuk dengan egonya sendiri dan berbuat seenaknya pada bumi. dari membangun gedung permanent tanpa mempedulikan kulit bumi yang semakin kering. aspal dimana - mana, dan panas yang menyengat melanda bumi tanpa adanya tanaman untuk melindunginya. Alhasil ketika bumi merasa panas maka Bumi menurunkan hujan. tetapi karena tak ada resapan air maka terjadi banjir. Panas yang dihasilkan oleh bakteri manusia (polusi) juga mengakibatkan lapisan ozon menipis. sampah - sampah plastik, karbon, nuklir serta limbah - limbah lain yang dihasilkan manusia pun menghambat tanah menjadi subur serta memperlambat ekosistem di bumi. menjadikan bumi tidak seimbang. bumi tetap sabar dan berusaha merawat tubuhnya sendiri dengan caranya. saat gunung meletus dia tidak marah, tetapi dia hanya ingin mengeluarkan panas yang keterlaluan di dalam tubuhnya. dia terus menurunkan hujan dan angin agar menjaga tubuhnya tetap seimbang. jika tsunami terjadipun dia hanya menggerakka sedikit tubuhnya agar memberinya kesejukkan pada kulitnya yang terasa panas. Hewan yang merupakan bakteri andalannya pun kini berkurang terlalu banyak. mereka diperbudak oleh bakteri penghancur (manusia). Saat ini bumi sedang sekarat dan tidak bisa menyelamatkan dirinya dan penghuninya. Bumi hanya tinggal menunggu ajal melanda tetapi para bakteri serakah (Manusia) terus saja menzaliminya. terus saja melakukan pembangunan. hingga panas pun terus menghantuinya.

Kita sebagai manusia teramat jahat untuk melakukan itu semua. memproduksi bahan - bahan yang tidak bisa dihancurka selama berjuta - juta tahun. Bumi tetap bersabar. bumi tidak pernah marah. dan Bumi terus Berharap agar ada perubahan yang lebih baik lagi dari para penghuninya yang berkuasa (Manusia). Bumi memang egois tetapi keegoisan bumi juga bisa menyelamatkan "kita". sedangkan keegoisan "kita" bisa menghancurkan seluruh Bumi.

Ayo lah para manusia... kita mulai bergerak menyelamatkan Bumi yang sedang sekarat ini untuk menyelamatkan hidup kita. setidaknya mulai lah dari diri sendiri dulu untuk tidak membeli barang yang sulit di cerna tanah, menghemat penggunaan listrik, membuang sampah pada tempatnya, dan hal - hal lainnya. kesadaran itu harus segera ditimbulkan dalam diri pribadi bukan saling mengandalkan orang lain. karena MENGHANCURKAN BUMI SAMA SAJA BUNUH DIRI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline