Negara-negara di dunia saat ini sedang berlomba-lomba untuk melakukan yang terbaik dalam mencegah penyebaran Covid-19 dan juga saling berusaha untuk membuat negaranya terbebas dari wabah Covid-19. Seperti yang kita ketahui, penyebaran Covid-19 bisa terjadi hanya karena sentuhan fisik baik secara sengaja ataupun tidak sengaja. Dalam mengatasi hal tersebut, pemerintah Indonesia mengeluarkan protokol kesehatan yang diantaranya adalah 3M (Memakai masker, Mencuci Tangan, Menjaga jarak). 3 hal tersebut mungkin terdengar asing bagi banyak masyarakat Indonesia karena jauh dari kebiasaan mereka dulu sebelum adanya pandemi ini. Namun, mau tidak mau masyarakat harus tetap patuh pada protokol tersebut agar diri mereka dan keluarganya terhindar dari Covid-19.
Untuk memakai masker, mungkin sudah hampir semua masyarakat melakukannya. Namun untuk mencuci tangan, masih terdapat sedikit celah dimana virus tersebut dapat menyebar. Celah tersebut terdapat pada metode masyarakat mencuci tangan atau mungkin lebih tepatnya adalah alat yang mereka gunakan untuk mencuci tangan. Kebanyakan wastafel umum yang tersebar di banyak tempat masih menggunakan cara lama, yaitu dengan memutar kran air agar air bisa keluar. Untuk beberapa tempat mungkin sudah ada yang memakai sistem pedal, dimana pengguna harus menginjak pedal kaki untuk dapat mengeluarkan airnya. Namun hal tersebut dirasa kurang efisien, karena tetap ada kontak fisik antara pengguna dengan alat tersebut meskipun tidak secara langsung. Pun juga untuk menggunakannya, pengguna harus mengeluarkan tenaga ekstra untuk dapat mencuci tangannya. Bagi orang dewasa atau remaja mungkin sanggup, namun bagaimana dengan masyarakat yang sudah berumur atau lansia? Mereka membutuhkan suatu alat untuk dapat mencuci tangan namun tetap efisien dalam segi waktu dan tenaga.
Menanggapi permasalahan tersebut, Kelompok 50 PMM (Pengabdian Masyarakat oleh Mahasiswa) Universitas Muhammdiyah Malang yang berlokasi di RW 09, Desa Landungsari, Kec. Dau, Kab. Malang berinisiatif membuat sebuah wastafel cuci tangan contact-less. Wastafel buatan mereka menggunakan sensor halangan yang kemudian dirakit sedemikian rupa agar berfungsi efektif. Penempatan wastafel tersebut juga dinilai strategis karena terletak di masjid utama di wilayah tersebut, sehingga banyak warga akan dapat merasakan fasilitas tersebut.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H