Lihat ke Halaman Asli

Dewantara

Tenaga Ahli DPR RI

Menuju Era E-Commerce bagi Pelaku Usaha

Diperbarui: 17 Juli 2022   00:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

dokpri

Sedikit banyak perdagangan elektronik telah merubah wajah Indonesia belakangan ini. Terutama ketika kita dihadapkan oleh pandemi covid 19 yang telah memaksa untuk merubah nyaris total tradisi dan kebiasaan manusia ketika berinteraksi. Biasanya sebagai mahluk sosial hampir tidak ada manusia yang sepenuhnya tidak berinteraksi dengan mahluk hidup lainnya. Mereka bersosial,bercengkrama, membuka ruang dialog dalam keseharian. Dimasa pandemi semua itu patah karena kita dipaksa untuk melakukan pembatasan sosial. Semua orang terpaksa untuk dirumah dan hanya keluar untuk kebutuhan yang benar-benar penting seperti kerumah sakit,dll.

Kita dipaksa oleh keadaan untuk menggunakan internet sebagai sarana bersosialisasi dengan orang lain,aplikasi komunikasi seperti zoom,google meet banyak digunakan baik untuk sekolah,kerja dan berbagai aktivitas komunikasi lain. Manfaat internet lainnya adalah kita bisa mendapatkan berbagai ilmu pengetahuan,membuka ruang pertemanan lintas batas negara atau wilayah. Sosial media seperti Facebook,Twitter dan lainnya memiliki pengguna dari seluruh belahan dunia dengan tradisi,budaya dan bahasa yang berbeda. Ketika kedua akun sudah berteman secara otomatis semua aktifitas kedua belah pihak dapat diketahui.

Ditengah kondisi tersebut e commerce atau perdagangan elektronik menemukan momentum yang tepat untuk menunjukkan kelebihannya. Melalui perangkat elektronik seperti handphone,kita dapat memesan barang apapun tanpa perlu beranjak dari tempat duduk,bahkan pemesanan bisa dilakukan di atas kasur. Berbeda dengan toko konvensional yang memaksa kita harus datang dan melihat-lihat barang secara langsung. E commerce hanya perlu membuka perangkat elektronik dan berseluncur didalamnya. Sejarahnya sendiri di Indonesia berawal dari Kaskus dimana dahulu diciptakan sebagai forum komunikasi pelajar Indonesia di luar negeri. Lambat laun didalamnya terdapat berbagai fitur untuk jual-beli antar pengguna Kaskus. Ketika pasar mulai merespon secara positif media jual beli seperti Kaskus, maka setelahnya muncul shopee, Lazada, dan berbagai macamnya yang sebetulnya kurang lebih sama tapi tetap memiliki keunikan masing-masing.

Potensi pasar bagi pelaku e commerce di indonesia sesungguhnya sangatlah besar, menurut laporan We Are Social, terdapat 204,7 juta pengguna internet di Tanah Air per Januari 2022. Jumlah itu naik tipis 1,03% dibandingkan tahun sebelumnya. Pada Januari 2021, jumlah pengguna internet di Indonesia tercatat sebanyak 202,6 juta.Tren jumlah pengguna internet di Indonesia terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Jika dibandingkan dengan tahun 2018, saat ini jumlah pengguna internet nasional sudah melonjak sebesar 54,25%.Sementara itu tingkat penetrasi internet di Indonesia mencapai 73,7% dari total penduduk pada awal 2022. Tercatat, total penduduk Indonesia berjumlah 277,7 juta orang pada Januari 2022. Pada 2018 tingkat penetrasi internet di Tanah Air baru mencapai 50% dari total penduduk. Artinya, tingkat penetrasi internet nasional sudah meningkat cukup pesat dalam beberapa tahun belakangan( https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2022/03/23/ada-2047-juta-pengguna-internet-di-indonesia-awal-2022 ).

Secara gamblang bisa kita lihat nyaris hampir seluruh lapisan masyarakat telah menggunakan telepon genggam. Mereka juga telah terbiasa untuk mengakses berbagai data yang tertera dalam internet.Sebelum pandemi sendiri perubahan ke arah penjualan via elektronik sudah terlihat memiliki potensi besar terlihat dari Pertumbuhan penjualan e-commerce yang terlihat berkembang pesat dari tahun ke tahun. Mengutip data BI, terlihat peningkatan transaksi e-commerce bahkan sejak tahun 2017. Pada waktu itu, transaksi e-commerce tercatat Rp 42,2 triliun. Kemudian, pada tahun 2018, transaksi e-commerce tercatat Rp 105,6 trilun atau naik 150,24% yoy. Jumlah nilai transaksi meningkat lagi pada tahun 2019 yang pada waktu tercatat Rp 205,5 triliun atau tumbuh 94,69% yoy. Transaksi e-commerce naik lagi pada tahun 2020, di mana perhitungan akhir BI menunjukkan angka Rp 266 triliun atau terjadi peningkatan 29,44% yoy[https://nasional.kontan.co.id/news/minat-belanja-online-naik-bi-optismitis-nilai-transaksi-e-commerce-tumbuh-484 ]. 

 Gambaran diatas yang seharusnya bisa ditangkap oleh pelaku usaha. Ada beberapa keuntungan ketika pelaku usaha terlibat dalam e commerce, pertama adalah peluang untuk memperluas pangsa pasar, tanpa penjualan online berkemungkinan hanya dikenal tetangga kiri,kanan depan dan belakang. Satu kelurahan atau kecamatan. Ditambah promosi dagangan dari mulut kemulut sehingga terbatas pada yang kenal saja. Dengan berbasis market place seperti Tokopedia, shoppe,  Blibli,lazada pangsa pasar otomatis lebih luas. Tidak hanya lingkungan sekitar tetapi calon konsumen yang selama ini belum terbidik bisa sedikit diraih sedikit demi sedikit.

Kedua adalah tidak perlu toko sebagai estalase untuk menjual barang. Estalase di e-commerce adalah market place dimana disana seluruh dagangan bisa dipamerkan. Sehingga tidak dibutuhkan tempat-tempat strategis untuk menjual barang. Tapi biasanya pelaku usaha yang mengakses e commerce telah terlebih dahulu mempunyai toko,karena kebutuhan untuk beradaptasi terhadap pasar maka diputuskan untuk masuk dalam transaksi elektronik. Dalam dunia transaksi digital antara penjual dan pembeli membutuhkan data valid dan detail terhadap sebuah produk yang dijual. Karena tidak bisa melihat secara langsung, dibutuhkan informasi yang lengkap,sehingga konsumen ketika menerima barang setelah melalui proses pengiriman akan puas dan mau untuk membeli kembali.

 Transaksi digital tidak terlepas dari peran BUMN, PT Telkom Indonesia Persero sebagai penyedia jasa internetnya Indonesia. Peran dan fungsi dari BUMN salah satunya adalah kepeloporan sehingga dapat membuka bisnis tanpa perlu mempertimbangkan untung dan rugi selama berkaitan dengan kebutuhan masyarakat. Mungkin untuk daerah perkotaan,jaringan internet bukan menjadi persoalan yang signifikan karena ketersediannya sudah cukup. Walaupun permintaan konsumen dapat dipastikan terus bertambah karena internet hari ini sudah menjadi gaya hidup yang tidak terpisahkan, sehingga dibutuhkan infrastruktur yang lebih kuat dan banyak sehingga kebutuhan konsumen bisa diakomodir.

 Produk dari PT. Telkom Indonesia Persero Tbk untuk memberikan layanan internet kepada masyarakat  adalah Indonesia Digital Home ( IndiHome ) berupa paket layanan komunikasi dan data seperti telepon rumah (voice), internet (Internet on Fiber atau High Speed Internet), dan layanan televisi interaktif (UseeTV Cable, IPTV). Karena penawaran inilah Telkom memberi label IndiHome sebagai tiga layanan dalam satu paket (3-in-1) karena selain internet, pelanggan juga mendapatkan tayangan TV berbayar dan saluran telepon

 Kedepannya kita semua berharap bahwa internet tidak hanya menjadi konsumsi warga perkotaan, tapi juga bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia yang tinggal dipelosok-pelosok. Melalui internetlah kita berharap dapat terjalin komunikasi antar penduduk kota dan desa. Orang kota dapat mengetahui harga riil yang ada di desa. Potensi desa juga dapat dikembangkan melalui e commerce seperti pertanian, peternakan dan desa wisata. Kita semua berharap dengan meratanya jaringan internet maka dapat meningkatkan kesejahteraan dan mendekatkan penjual dengan konsumen.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline