Lihat ke Halaman Asli

Sekilas Jakarta

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hari ini aku baru saja mendapatkan pelajaran yang sungguh berharga. Sewaktu habis sholat ashar tadi sore tiba – tiba ada seorang laki – laki yang sudah berumur tengah bingung. Laki – laki itu kalang kabut ketika mendapati bahwa tas yang dibawanya ketika sholat ashar tadi kini telah tiada. Sontak saja suasana di dalam masjid menjadi sedikit gaduh. Awalnya aku juga tidak tahu kenapa ada kegaduhan selesai sholat ashar, tapi setelah aku cari tahu ternyata begitu kejadiannya. Tas yang berisi surat – surat berharga telah diambil oleh orang yang tidak bertanggung jawab. Laki – laki itu tidak dapat berbuat apa – apa selain duduk menangis dan menyesalkan kejadian ini. Dia tidak bisa berbuat apa – apa lagi, sudah tidak berdaya dan hanya bisa pasrah. Dia tidak pernah menyangka ada orang yang setega itu kepadanya. Aku dan orang – orang yang lain hanya bisa bersimpati tanpa bisa berbuat apa – apa juga. Karena sudah tidak ketahuan siapa yang mengambilnya. Hanya rasa kasihan dan doa saja yang bisa aku berikan kepada laki – laki itu.

Melihat kejadian seperti itu tentu menjadi hal yang tidak wajar bagiku, apalagi kejadian pencurian ini terjadi di masjid yang cukup megah dan banyak jamaah. Akan tetapi ketika berada di luar lingkungan masjid mungkin ini sudah menjadi hal yang biasa. Ketika aku mencoba konfirmasi kepada beberapa orang, ternyata kejadian pencurian seperti itu sudah kerap terjadi di masjid ini. Makanya petugas keamanan sebenarnya sudah memberikan pengarahan agar barang bawaan jangan ditaruh sembarangan, karena meskipun ini masjid tapi pencurian tetap saja bisa terjadi, begitu kata pak satpam.

Jika melihat kejadian seperti itu aku jadi teringat ketika aku berada di masjid besar di kawasan kemayoran. Pada saat itu hari jumat, aku hendak sholat di masjid yang cukup megah di situ. Tanpa piker panjang aku langsung saja masuk kedalam masjid itu setelah sebelumnya mengambil air wudhu. Pada saat itu perasaanku biasa – biasa saja tidak ada feeling apapun. Ketika selesai sholat jumat aku bermaksud untuk melanjutkan perjalanan, namun ketika aku mau memakai sepatuku, ternyata sepatuku itu sudah tidak ada di tempat. Aku sempat menunggu untuk beberapa lama sambil mencari – cari, siapa tahu ada yang keliru memakai sepatu, namun tidak ada hasil juga. Akhirnya aku pulang dengan tanpa alas kaki. Innalillahi wa innailaihi raajiun..

Jakarta memang kota yang sangat luar biasa. Kita mau mencari apapun di kota ini pasti ada. Dari yang baik – baik sampai yang buruk – buruk juga ada, bahkan biangnya keburukan juga ada disini. Kejahatan di Jakarta sudah luar biasa merajalela, hingga merambah ke tempat – tempat ibadah. Padahal tempat ibadah seharusnya diisi oleh orang – orang yang hatinya lurus – lurus dan baik – baik. Tapi pada faktanya di Jakarta ini kejahatan tidak memandang pada tempatnya. Banyak orang yang selalu bilang bahwa “Jakarta itu lebih kejam daripada ibu tiri”, mungkin ucapan itu ada benarnya. Karena memang di ibu kota ini sudah tidak bisa di tebak mana tempat yang aman dan mana yang tidak.

Tapi jika dipikir – pikir lagi, kenapa kejahatan di Jakarta bisa menjadi sedemikian akutnya. Ternyata menurut pengamatanku yang selama ini aku lihat. Di Jakarta ini sudah terlalu banya penduduk yang pengangguran, kemudian banyak anak – anak muda yang putus sekolah, banyak anak – anak muda yang tidak ngaji, dan lain sebagainya. Semua itu sudah menumpuk dan menggunung di Jakarta ini. Sehingga kejahatan dan kriminalitas sudah tidak bisa dihindari lagi. Dengan banyaknya anak – anak yang putus sekolah dan pengangguran di Jakarta dan juga lapangan pekerjaan yang sudah tidak memadai lagi, maka akan semakin banyak orang – orang yang pusing memikirkan kelangsungan hidupnya.

Sudah banyak orang – orang yang dermawan yang peduli terhadap mereka – mereka ini, akan tetapi semua itu belumlah mampu untuk mengurangi angka kriminalitas di Jakarta ini. Sebenarna apa yang menjadi akar permasalahan dari semua kejadian ini? Maka dari sini kita harus melihat pada fakta – fakta yang terjadi di Jakarta ini. Faktanya kehidupan di Jakarta ini adalah sangat sulit bagi mereka yang miskin dan pengangguran. Faktanya sekolah di Jakarta ini sangat mahal, sehingga banyak anak yang putus sekolah atau bahkan tidak mampu untuk menginjakkan kaki di sekolah. Meskipun ada dana ini dan itu, tapi faktanya sekolah tetap harus bayar mahal dan tidak terjangkau mereka – mereka yang miskin. Faktanya untuk berobat orang miskin sangat sulit untuk masuk ke rumah sakit, seolah – olah orang miskin itu dilarang untuk sakit. Jika sakit maka minum obat “warung” yang ada labelnya “jika sakit berlanjut maka hubungi dokter” tapi dokter yang mana yang mau dihubungi oleh pasien yang miskin??. Itu adalah beberapa fakta yang terjadi dari jutaan fakta di Jakarta ini.

Seolah – olah Jakarta ini tidak ada yang mengatur lagi. Tidak ada campur tangan pemerintah dalam menangani semua ini. Kalaupun ada maka campur tangan itu hanya sedikit sekali ketimbang sewasta. Sungguh ironis sekali. Jadi sebenarnya pemerintahlah yang seharusnya berperan dalam mengangani masyarakat Jakarta yang carut – marut ini. Solusinya adalah terapkanlah system yang terbaik yang ada di muka bumi ini. Terapkanlah system yang pasti mampu untuk mensejahterakan rakyatnya, sehingga mereka tidak akan berbuat dosa dan merugikan orang lain. Terapkanlah system hokum yang membuat pelakunya jera dan tidak mengulanginya lagi. Sehingga tidak ditemukan pencurian – pencurian lagi, tidak ada yang namanya perampokkan lagi, tidak ada penipuan lagi, Jakarta akan jadi kota yang aman tanpa kejahatan dimana – mana. Itu jika kita menerapkan system yang terbaik yang pernah ada.

Tentunya system itu bukanlah system yang dibuat oleh manusia. Karena secerdas apapun manusia, maka dia tidak mungkin dapat membuat system yang bisa mengatur manusia yang berjumlah banyak. Tentu bukanlah demokrasi kapitalisme yang hanya berpihak pada mereka yang punya uang saja, sementara rakyat miskin ditindas terus menerus. Tentu juga bukan komunisme yang menafikkan keberadaan tuhan dan menerapkan aturan yang hanya berorientasi kepada materi belaka. System yang terbaik itu adalah system syariat islam. Karena syariat islam adalah aturan yang datang dari pencipta manusia dan alam semesta yang pasti benarnya.

Tentu menerapkan syariat islam tidak bisa setengah – setengah seperti yang terjadi di negeri arab, sehingga disana masih terdapat banyak kejahatan. Syariat islam harus dijalankan secara kaffah. Sehingga akan terasa rahmat dari Allah. Dan syariat islam kaffah hanya bisa diterapkan melalui Daulah atau Negara yaitu Negara Khilafah. Jadi solusi dari semua itu adalah penerapan syariat islam dalam bingkai daulah khilafah.

http://dedi-wahyudi.blogspot.com

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline