Lihat ke Halaman Asli

Setetes Air

Diperbarui: 25 Juni 2015   05:21

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ingatlah bahwa di dunia ini kita berawal dari setetes air yang hina. Hingga menjadi manusia yang sempurna seperti ini. Ini tak lain hanyalah karunia Allah subhanahu wata’ala yang ilmunya tak terbatas oleh apapun. Maka dari itu sadarilah bahwa ilmu yang kita miliki tidak lebih hanya bagaikan setetes air yang jatuh di tengah samudera yang sangat luas jika dibandingkan dengan ilmu Allah. Apabila sudah begitu maka tidak sepantasnyalah kita sebagai manusia untuk menyombongkan diri terhadap ilmu yang dimilikinya. Karena sombong itu adalah sifat setan yang terkutuk.

Coba lihatlah sifat air yang selalu mengalir dari tempat yang tertinggi ke tempat yang lebih rendah. Menandakan sifat air yang selalu rendah hati, jika telah sampai di samudera maka tinggi air akan sama rata, menandakan bahwa kita semua memang sama sebagai makhluk Tuhan. Yang membedakan antara kita dengan yang lain hanyalah ketakwaan kita, sebagaimana perbedaan antara kadar air antara air yang satu dengan air yang lainnya.

Setetes air di ujung dedaunan pagi

Jernih bening tanpa setitik noda

Jika terjatuh oh sejuk rasanya

Bagaikan tersentuh hati oleh cinta

Setetes air di sela – sela pagi

Mengembun putih memeluk hati

Dingin udara menjadi saksi

Selendang putih merangkul sunyi

Setetes air begitu berarti

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline