Lihat ke Halaman Asli

Aku Hanyalah Sebuah Debu dibalik Kaca

Diperbarui: 17 Juni 2015   06:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Aku membungkam semua rasa, dan mulai membunuh semua masa.
Terpasung dalam ruang hampa, terasing tanpa suara.
Hari tetap sama, tetap tak memberi pertanda.
Aku terkunci bersama seribu tanya yang ada.

Nada-nada indah masa lama.
Adalah duka untuk hari ini.
Ketika bumi diam seribu bahasa.
Setidaknya ada alasan untuk pergi.

Hanya sebuah harapan tanpa kepastian.
Hanya segelas keputusasaan hidangan yang tersaji.

Mungkinkah aku akan menemui mentari esok pagi ?
Mungkinkah aku dapat meneguk sedikt khayalan untuk menghapus dahaga akan bahagia ?

Tiada jawaban.
Tiada panggilan.
Hanya terdengar suara lembut angin malam.

Semua keinginan ini adalah sumber penderitaan yang nyata..

Biarkanlah aku terseret masa.
Biarkanlah aku terbawa sirna.
Aku hanyalah sebuah debu dibalik kaca.
Tanpa mampu masuk kedalam, hanya menjadi sebuah pemandangan kotor.

Ketika semua berjalan dengan indah untuk mereka.
Mungkin aku akan mulai sirna,
Bahkan sebelum mereka tersadar dari alam bawah sadar..

Duhai sang angin malam, Sampaikanlah sebaris kata untuknya.
Biarkanlah semua berjalan adanya tanpa harus ada yang berubah.
Dan berikanlah aku sebuah tiupan,
Agar aku dapat berlalu bersamamu meninggalkan semua kerinduan cerita lama..




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline