[caption caption="Gunung Kerinci dari basecamp Kerinci"][/caption]
Apa yang kita cari dengan berdiri di puncak gunung ? terkadang saya sendiri pun mempertanyakan hal tersebut kepada diri saya. Tak dipungkiri bahwa kehadiran film 5 cm sedikit banyak telah berpengaruh pada semakin ramainya orang – orang yang mendatangi puncak gunung. Tapi kegiatan mendaki ini bukanlah tanpa resiko. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa tak sedikit pendaki yang menjadi korban hilang atau bahkan tewas saat mendaki gunung.
Sebelumnya, saya pun mendengar cerita tentang seorang pendaki asal Bekasi yang masih belum ditemukan dan hilang saat mendaki gunung Kerinci di akhir tahun 2014 lalu. Sebelum melakukan pendakian, ada banyak hal yang sebenarnya perlu kita siapkan. Tapi terkadang, persiapan itu dianggap bukan hal yang penting untuk dilakukan. Seperti memastikan bahwa semua perlengkapan baik perlengkapan pribadi maupun kelompok telah kita bawa.
Untuk perlengkapan kelompok biasanya dibagi antar peserta kelompok. Seperti kompor, tenda, nesting, flysheet, logistik kelompok. Sementara untuk perlengkapan pribadi, barang bawaan yang mesti dibawa saat mendaki adalah sleepingbag, jaket, jas hujan, headlamp atau senter, daypack, sepatu / sandal trekking, matras, obat pribadi dan makanan kecil maupun besar. Dan jangan sekalipun meremehkan barang – barang tersebut, karena bisa jadi barang – barang itulah yang menjadi penyelamat anda saat mendaki.
[caption caption="yang kami temui di pos 3... Tupaaaiiiiiii... ^^"]
[/caption]
Apabila dirasa perlu menggunakan jasa porter atau pemandu, biasanya dengan mudah kita bisa mendapatkannya di basecamp pendakian gunung yang hendak kita daki. Hal itu pun sedikit banyak bisa membantu selama pendakian. Terlebiih bila kita belum tau banyak tentang gunung yang hendak kita daki, dan tidak banyak peserta lelaki yang ikut serta dalam rombongan. Seperti saat mendaki gunung Kerinci Mei kemarin bersama dua orang rekan saya, pak Widodo dan kak Aini. Bisa dibayangkan bukan, hanya satu orang lelaki dengan dua orang perempuan berkaki siput seperti saya. Jadilah kami memutuskan untuk menggunakan jasa pemandu alias porter.
Nyatanya sebagian besar pendaki yang mendaki gunung Kerinci pun menggunakan jasa porter seperti kami. Sekalipun pendakian itu dilakukan oleh kelompok pendaki yang mengadakan event open trip sekalipun. Untuk gunung – gunung yang masuk dalam kategori 7 summit seperti Kerinci dan Rinjani, jasa porter memang memiliki andil yang cukup berpengaruh. Selain untuk membantu membawakan barang bawaan, porter juga tau banyak tentang medan yang akan dihadapi, jadi bisa memberikan masukan tentang pendakian yang akan kita lakukan.
Sebenarnya saat mendaki kemarin status gunung Kerinci sedang dalam status waspada. Pendakian hanya diperbolehkan sampai di shelter 2. Hal itu pun perlu menjadi pertimbangan saat mendaki. Jangan terlalu ngotot untuk berdiri di puncak dan mengabaikan peringatan yang diberikan oleh taman nasional setempat, yang malah bisa membahayakan diri sendiri. Ada 3 pos dan 3 shelter yang harus kita jejak sebelum mendaki menuju puncak Indrapura di ketinggian 3805 mdpl. Gunung Kerinci sendiri ada di bawah naungan Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) di wilayah desa Kresik Tuo, Jambi.
Kami memulai pendakian pukul 09.00 pagi, setelah sebelumnya melakukan lapor diri di posko pendakian gunung Kerinci dengan membayar uang masuk sebesar 7.500 rupiah. Begitu melewati pintu rimba, hutan hujan Sumatra yang lembab dan basah mendominasi trek yang kami lewati. Butuh waktu tak lebih dari 40 menit untuk sampai di pos 1. Begitu pula ketika hendak menuju pos 2 dan pos 3. Trek didominasi oleh jalanan lembab dan basah, sesekali tanjakan terjal dan licin menyambut kami. Nafas yang mulai tersengal, tanjakan yang lebih sering kami temui, jalanan basah dan licin, menjadi hal yang semakin sering kami temui menuju shelter 1. Beberapa satwa khas hutan Sumatra pun menyapa perjalanan kami siang itu.
Pukul 13.00 siang kami sampai di shelter 1. Pakde Alex (porter kami) menjelaskan sebelumnya tentang trek yang akan kami lewati menuju shelter 2. Lebih berat dan memakan waktu yang lebih lama karena treknya lebih panjang. Setelah beristirahat makan dan shalat, akhirnya kami memutuskan untuk mendirikan tenda dan beristirahat malam itu di shelter 1. Tak lama setelah kami mendirikan tenda, beberapa pendaki pun melakukan hal yang sama. Sekitar 10an tenda malam itu bersama kami bermalam di shelter 1.
[caption caption="Menuju Shelter 3"]
[/caption]