Lihat ke Halaman Asli

I Dewa Nyoman Sarjana

profesi guru dan juga penulis.

Boi, Kau Tega Menghukumku

Diperbarui: 22 Maret 2024   07:50

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambarpoto pixabay gratis

BOI, KAU TEGA MENGHUKUMKU

DN Sarjana

Pagi-pagi Sisca sudah rapi duduk di meja makan. Tidak seperti hari biasa ia makannya pelan. Sering ibunya cerewet nyuruh Sisca makan nasi. Tapi ia cuwek saja. Paling hanya mi kuah dan tempe. Namun hari ini Sisca makan nasi cukup lahap. Dia was-was saat MPLS nanti di gojlok oleh kakak kelasnya. Ibunya tersenyum melihat anaknya. Setelah semua siap, ibu Sisca mengambil motor mengantarnya ke sekolah. Ibu Sisca sampai saat ini belum berani melepas anaknya membawa motor sendiri. Tiba di sekolah ternyata teman-teman kelas sepuluh sudah pada berbaris di lapangan. Ia cepat-cepat turun dari motor. Setelah mencium tangan ibunya, Sisca berlari kelapangan untuk berbaris. Dia melihat kakak OSIS mengatur barisan.

"Hai, yang baru datang lapor kesini!" Seorang pengurus OSIS memanggil Sisca. Jantungnya terasa bergetar. "Aduh kena sanksi apa aku sekarang?" pikir Sisca.

"Kamu regu apa? Nomor absen berapa?" Laki-laki itu sedikit menaikkan suaranya. Sempat ku lirik wajahnya. Oh, dia kakak kelas di SMP. Pikirnya.

"Aku regu mawar kak. Nomer 20."

 "Namamu Sisca ya?"

"Sesuai yang tercatat." Sisca mencoba memancing. Dia juga punya pengalaman jadi pengurus OSIS. Kalau tidak salah yang ngurus aku sekarang kelas IXd waktu SMP. Namanya Boi

"Ya, sudah masuk barisan. Besok jangan terlambat lagi."

Sisca tidak nyaut. Dia lebih memilih bergegas ke barisan. Tapi dia masih sempat menatap wajah Boi. Aku sangat berharap kalau nanti dia yang akan menjadi koordinator kelasku, pikirnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline