Lihat ke Halaman Asli

I Dewa Nyoman Sarjana

profesi guru dan juga penulis.

CERPEN Cinta di Kampus Seribu Jendela

Diperbarui: 13 Maret 2024   19:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Input sumber gambar poto pixabay gratis

CINTA DI KAMPUS SERIBU JENDELA 

Dia adik tingkat. Sekarang baru semester empat. Penampilan anggun, pendiam tapi lumayan pintar. Dia disegani oleh teman-temannya. Beberapa kali aku berusaha mencuri perhatiannya. Hingga di satu hari saya duduk berdampingan. Suasana masih sepi. Mungkin beberapa dosen tidak melaksanakan perkuliahan karena besok tentamen hari pertama. Terlihat ibu-ibu membersihkan halaman. Daun ancak lumayan banyak karena tadi malam diguyur hujan.

"Sudah tadi Rico?". Suara Reni memecah kekhusukanku membaca catatan mata kuliah Ilmu Budaya Dasar.

"Baru saja Ren. Aku menunggu teman. Katanya kuliah jam 9 ya". Aku bergeser tempat duduk sedikit. Biar berhadapan dengan Reni.

"Dapat mata kuliah apa?"

"Kan sama. Kita barengan ngambilnya".

"Oh ya, aku lupa. Mata kuliah ini baru muncul dan wajib diambil. Saya harus barengan dengan adik tingkat". Jawabku sambil sekali-kali melirik Reni. Padahal akunya sih inget barengan dengan Reni. Pura-pura aja untuk mencuri perhatiannya. Suasana kembali membisu. Mestinya aku yang memulai. Tapi...kenapa lidahku kelu seperti kehabisan kata-kata. Hingga akhirnya.

"Ren, kita ke ruangan yuk!". Yuni memegang tangan Reni untuk bersama menuju ruangan. Ada perasaan kesel sama Yuni. Kok ujug-ujug ngajak Reni ke ruangan.

"Kak Rico, Reni duluan ya ke ruangan. Biar dapat duduk agak kedepan".

"Ya Ren. Aku nunggu teman". Walau sebentar pandang dan senyum Reni, menggetarkan perasaan hatiku. Dia yang begitu manis. Bisakah aku memilikinya? Ah...perasaanku terlalu jauh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline