JERNIHKAN HATI DAN PIKIRAN MENJELANG KONGRES PGRI
DN Sarjana
Menunggu perhelatan akbar lima tahunan yaitu KONGRES PGRI yang akan berlangsung dari tanggal 1 sampai tanggal 3 Pebruari tahun 2024, perasaan saya merasa deg-degan juga, karena sebentar lagi saya harus meninggalkan PGRI karena saya sudah purna tugas.
Tiga puluh lima tahun bersama PGRI, tentu perjalanan cukup panjang dan suatu kebetulan saya diberi kesempatan mulai menjadi anggota, ketua ranting, ketua cabang sampai pada ketua kabupaten.
Dan kalau tidak ada halangan melintang, saya akan hadir untuk terakhir kali pada saat kongrea nanti.
Mencermati riak-riak yang muncul di saat saya akan mengakhiri sebagai anggota PGRI, dari awal saya merasa prihatin atas peristiwa tersebut.
Terlepas pihak mana yang benar dan salah, tetapi proses yang ditempuh oleh oknum yang mengatas namakan organisasi menurut pandangan saya sudah sangat keliru.
Kalau paham berorganisasi, maka payung hukum organisasilah yang harus dipegang, dipedomani. Jangan pernah memaksakan kepentingan pribadi dibawa ke organisasi, sehebat apapun kemampuan anda.
Organisasi sebesar dan setua PGRI anggota dan utamanya pengiurus harus taat kepada rambu-rambu hukum organisasi. Kalau tidak kita yang menghormati, siapa lagi? Jangan rumah kita sendiri yang mau dibemturkan penghuninya.
Berkaitan dengan rencana pelaksanaan KONGRES PGRI ada beberapa hal yang sekiranya bisa kita hayati dalam hati dan.pikiran kita.
1. Jadilah peserta kongres dengan hati dan pikiran yang jernih sehingga bisa mengikuti dengan adab yang mulia.
2. Jangan khianati para leluhur, para pejuang, para perintis berdirinya organisasi PGRI. Beliau-beliau pasti akan sedih mengetahui penyimpangan moralitas anda sebagai penerus.
3. Taati semua ketentuan yang ditetapkan dalam kongres yang sudah dirumuskan secara musyawarah maupun pemungutan suara.
4. Jangan ada memaksakan diri, membawa ambisius tanpa bercermin atas potensi yang dimiliki. Kalau toh ada potensi bila tidak terpilih dalam forum rapat, berarti ada orang lain yang lebih mumpuni dan bernasib baik.
5. Hindari membawa isu politik praktis di PGRI karena organisasi PGRI jelas jelas mengamanatkan.
6. Jagalah marwah PGRI, marwah para guru yang anda nakhodai. Saya yakin kalau anda jadi pengurus nantinya mengkhianati para guru, dosa anda tidak atau susah terampuni karena doa guru adalah doa yang begitu tulus.
7. Mari kita berkongres dengan riang gembira. Utamakan persaudaraan. Semoga PGRI selalu jaya.
*Penulis, Ketua PGRI Kab. Tabanan, Bali
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H