Lihat ke Halaman Asli

I Dewa Nyoman Sarjana

profesi guru dan juga penulis.

Perempuan Itu Buku

Diperbarui: 22 Februari 2024   11:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash


PEREMPUAN ITU IBUKU
DN Sarjana

"Mas, ini bukan soal pilihan. Dari pada Mas memisahkan ibuku dengan mencarikan rumah kontrak, lebih baik aku berpisah dengan Mas. Biarlah nasib saya sama dengan nasib ibuku".

Ucapan itu memojokkan Mas Deni dalam situasi yang serba sulit. Benar kata istrinya. Bukan pilihan. Tapi bagaimana aku bisa menerima situasi dimana mertuaku sedang mengalami konik rumah tangga? Sementara aku harus memikirkan keberlangsungan keluarga kecilku biar aman dan damai, pikirnya.

Selama ini keluarga Deni berjalan baik baik saja. Ia dengan istrinya Rina, sudah melangsungkan perkawinan lima tahun lalu, hingga lahir seorang anak laki-laki berparas ganteng. Situasi rumah tangga sedikit terganggu setelah ibu Leli berpisah dengan suaminya, karena tergoda perempuan lain.

Peristiwa itu terjadi empat bulan lalu. Saat ibu merapikan baju bapak yang akan dicuci, dia menemukan barang yang mencurigakan. Ibu berusaha untuk menahan diri. Andai saja bapak tidak sering telat pulang kerja, dan sering bilang meeting keluar daerah, mungkin ibu masih bisa bertahan. Bak menyembunyikan bau busuk, akan tercium juga. Itulah yang menimpa ayah. Hingga suatu saat, ayah bilang dinas keluar kota. Saat itu ibu melayani dua adikku akan berangkat sekolah, telpon rumah berdering beberapa kali. Ibu tidak mengacuhkan karena dia memastikan biar anak-anaknya berangkat sekolah.

"Selamat pagi". Suara perempuan terdengar di telpon. Ibu berusaha menahan diri. Dia biarkan jeda sesaat untuk tidak menjawab. Ditahannya gejolak hati yang mulai curiga.

"Selamat pagi buk. Ini dari siapa?. Saya pembantu bapak. Bapak lagi keluar daerah". Ibu Leli berusaha memancing perempuan itu.

"Aku yang mengantar bapak keluar daerah. Aku sedang menunggu di bandara. Tolong beritahu aku sudah di bandara!".

Sambil menahan rasa sesak, Ibu Leli berusaha menjawab dengan tenang. "Maaf saya panggil ibu. Ibu apanya dari bapak?"

"Saya sekretaris pribadi bapak. Saya single bu. Belum nikah".

Perasaan ibu Leli makin gundah. "Maaf aku memanggil ibu. Apakah sekretaris harus ikut berangkat?"

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline