Lihat ke Halaman Asli

I Dewa Nyoman Sarjana

profesi guru dan juga penulis.

Kids di Jaman Now

Diperbarui: 18 Februari 2024   14:20

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

KIDS DI JAMAN NOW
Dewa N. Sarjana

Pernahkah anda mendengar isitilah generasi X, Y atau Z ? Saya yakin anda pernah mendengar istilah itu meskipun hanya sepintas baik itu dari televisi, radio, media cetak atau bahkan dari obrolan-obrolan.

Sekarang entah dari mana asal usulnya kata "Kids Zaman Now", semakin viral saja di media sosial. Konon "Kids zaman now" adalah mereka yang disebut Generasi Z, lahir rentang tahun 1995-2010.  Karl Mannheim (1893-1947) dalam esainya berjudul "The Problem of Generations" (1923) mengatakan, bahwa sebuah generasi merupakan suatu kelompok yang terdiri dari individu, yang memiliki kesamaan dalam rentang usia, kemudian berpengalaman mengikuti peristiwa sejarah penting dalam suatu kurun waktu yang sama pula.

Menurut Daniel Tumiwa, Wakil Kepala Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) Ricky Pesik dan Founder Indonesia E-Commerce Association (idEA), dari kelakuannya, di bawah ini adalah ciri kaum millennials seperti yang dipahami.

1. Gak suka produk massal

Dengan kemampuan menguasai teknologi media, anak  jaman sekarang cenderung menghindari produk massal. Mereka Semua pengen tampil beda dari yang lain.

Ini artinya ketika mereka membutuhkan sesuatu ada kecendrungan sesuatu itu biar beda, walau tidak tahu dari segi mutu bahkan kebermanfaatan.

Simaklah dimana-mana berdiri swalayan. Dipinggiran jalanan bertebaran distro yang memanjakan mata anak muda.

2. Sukanya produk artisan
"Anak-anak muda lebih suka produk unik, produk artisan, atau produk yang punya nilai lebih," tutur Pak Ricky. Contohnya, kopi.

Anak-anak muda jaman sekarang engga lagi suka nongkrong di franchise kopi modern. Kini, sebagian besar lebih suka mengonsumsi dan pamerin kegiatan mereka di warung kopi unik.

"Itu kan sebabnya Kopi Tuku bisa laku," tambahnya. Pemikiran anti-mainstream itu juga dipakai dalam milih ponsel, pakaian, tempat liburan, dan perilaku sehari-hari.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline