RUMAH HANTU
DN Sarjana
Rumah itu sangat besar dan luas. Terletak di daerah puncak. Dapat dipanstikan hawanya pasti sejuk. Tenpat seperti ini sangat pas digunakan tempat menginap dan refreshing. Dari pinggir jalan menuju rumah itu, tidak terlalu jauh. Kita bisa perhatikan, ketika melepas pandang ke arah rumah tua, bisa dibayangkan betapa banyaknya uang yang ditanam untuk membangun rumah itu. Pastilah yang punya orang kaya. Karena lama tak terurus, tanaman taman tampak tumbuh liar menjulang. Demikian juga tanaman liar dan gulma, merayap di tembok.
Konon rumah tua ini menjadi sangat angker. Suatu hari beberapa orang yang suka pada spritual dan mistik pernah masuk ke rumah itu. Cerita dari mulut ke mulutpun berkembang. Utamanya cerita dari masyarakat setempat.
"Apakah Bapak pernah tahu tentang rumah itu?" Tanya Rudi kepada Kacung yang rumahnya tidak jauh dari tempat itu.
Kacung kelihatan mengingat masa lalunya.
"Pastinya saya tidak tahu. Waktu itu saya masih kecil. Kalau tidak salah rumah itu berdiri saat saya masih duduk di bangku SMP."
"Tahun berapa bapak SMP?"
Sambil memandang ke atas, Kacung menjawab. "Kalau tidak salah tahun 80an." Jawab Kacung walau sedikit ragu.
"Waduh, sudah 40 tahun lebih. Berarti saya belum lahir pak." Sahut Rudi memberi semangat Pak Kacung.
Mereka kemudian berjalan mendekati rumah tua itu. Tapi untuk masuk kedalam sangatlah sulit karena jalan ke rumah itu sudah tidak jelas. Apalagi tumbuhan liar sangat tebal. Tampak rumah itu sangat luas. Model bangunan mengikuti testur tanah yang berundag. Kalau rumah difungsikan, betapa megah dan indahnya. "Pikir Rudi."
"Pak, Bapak pernah dengar ndak peristiwa mistik tentang rumah ini?"
Pak Kacung, merenung. Lalu menjawab. "Pak Rudi, apa yang saya ceritakan adalah cerita dari mulut ke mulut. Saya hanya menceritakan cerita yang beredar. Entah siapa yang memulai."