Kalau kita menuju Tanah Lot dari jalan selatan atau yang sering di bilang jalan Nyanyi maupun dari utara jalan Kediri-Tanah Lot, sampai di Desa Beraban, tepatnya di Banjar Beraban, kita akan menjumpai sebuar sumur tua yang orang Bali menyebutnya Bulakan. Sumur tua itu sekarang sudah disucikan sehingga di sebut Beji Bulakan. Tandanya Beji Bulakan itu disucikan karena di area beji sudah didirikan tempat suci dan dibatasi dengan tembok pembatas yang permanen.
Pastinya juga dihaturkan upacara keagamaan disetiap hari yang dipandang suci oleh umat Hindu di Bali oleh masyarakat di sana bahkan ada yang dari jauh untuk mengingat perjalanan leluhur mereka. Penulis sendiri masih ingat saat kecil sekitar tahun 1970an kalau ke Tanah Lot jalan kaki kurang lebih 5 kilometer. Ketika haus sering meminum air Beji Bulakan.
Konon Beji Bulakan ini sudah ada kisaran 9 abad yang lalu. Beji ini menandai perjalanan para leluhur untuk merabas hutan yang ada disekitaran untuk mencari sebuah patok dimana kemudian berdiri pura Luhur Pakendungan. Sesungguhnya di Pantai Tanah Lot ada dua pura besar yaitu Pura Tanah Lot dan Pura Pekendungan. Kedua pura ini merupakan pura Dang Kahyangan sebagai tempat sembahyang oleh seluruh umat Hindu di Bali dan Luar Bali.
Berwisata ke Tanah Lot, kalau mau melihat alam yang masih asri dan kental dengan kesakralannya hendaknya para wisatawan tidak lupa jalan-jalan diseputaran Pura Pakendungan. Pengunjung akan disuguhi oleh alam yang asri, udara sejuk melegakan dan juga lekak-lekuk sungai kecil di sebelah barat pura. Kita pastinya terbawa oleh impian masa lalu dimana tetua kita begitu semangatnya menjaga warisan nenek moyang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H