KEMBANG API TERAKHIR
Jalan Gajah Mada, hari ini tampak lebih rame dari hari sebelumnya. Puncak dari pedagang trompet, petasan dan kembang api berjejer di kiri kanan jalan. Pembeli kesulitan memarkirkan kendaraan. Mereka harus rela berjalan agak jauh. Tidak kelihatan ada polisi maupun pecalang. Hanya tukang parkir pertokoan sekali-kali membantu menyebrangkan anak-anak yang sangat sumbringah dibelikan petasan oleh orang tuanya. Kesempatan ini juga dimanfaatkan oleh pedagang asongan menjajakan dagangannya. Pastinya mereka menawarkan pernak pernik menyambut tahun baru.
"Ayo mau beli yang mana?" Perempuan masih muda menawari adiknya.
"Aku pilih terompet warna kuning kak Niken". Kembang apinya yang ini saja. Takut yang berisi petasan".
"Ambil saja berapa maunya". Sambil berjalan melihat para pedagang, Niken singgah dipenjual bakso. Dia memang penyuka bakso. Apalagi pedesnya yang menggetarkan lidah. Sedang asiknya menikmati bakso, tiba tiba duduk lelaki disampingnya.
"Bisa duduk di sini?"
"Silahkan mas". Begitu nikmatnya lelaki itu memakan bakso. Namun hatinya menyimpan hasrat yang tak bisa disembunyikan. Perempuan yang duduk disampingnya sangat menggoda. Cukup sempurna di mataku. Ah, baiknya aku mulai pembicaraan. Toh aku laki laki.
"Boleh aku kenalan. Nama ku Randu".
"Aku Niken". Hanya itu terucap. Senja mulai nampak. Mentari warna jingga pertanda dia akan merambat di kaki langit. Sebelum berpisah Randu masih menyempatkan diri meminta nomer hp Niken.
"Sampai jumpa ya. Aku akan merayakan tahun baru di taman kota juga".