Keberadaan penyakit 'ain sering diperdebatkan bahkan dianggap hoax atau palsu. Padahal dalam pandangan Islam 'ain itu nyata adanya sesuai dengan hadits Rasulullah Saw berikut:
Artinya: Dari Ibnu Abbas Ra. Nabi Saw bersabda "Ain' (mata jahat) itu benar-benar nyata adanya, jika seandainya ada sesuatu yang mendahului takdir maka akan di dahului oleh 'ain. Apabila kamu diminta untuk mandi maka mandilah". (HR. Muslim)
Pengertian 'ain
Menurut Al Munawi dalam kitab Faid al Qadir, 'ain adalah pandangan pada sesuatu dalam keadaan lalai dengan rasa kagum atau dengki kepadanya tanpa di sertai berdzikir atau mengingat Allah.
Sedangkan menurut Prof Quraish Shihab 'ain adalah pandangan mata yang kemudian berkembang menjadi segala sesuatu sesuai dengan yang dipikirkan si pemberi 'ain secara focus.
Dalam dua pengertian ini dapat disimpulkan bahwa 'ain itu bisa muncul tanpa disadari ataupun memang diniatkan oleh si pemberi 'ain kepada objek yang dipandang.
Contoh nyata adanya 'ain
Bukti bahwa 'ain itu benar adanya pernah terjadi pada masa Rasulullah Saw yang diterangkan dalam sebuah hadits riwayat Ibnu Majah Nomor 3509 yang artinya: Dari Umamah bin Sahl bin Hunaif, dia berkata bahwa Amir bin Rabiah melihat Sahl bin Hunaif sedang mandi, lalu berkatalah Amir "Aku tidak pernah melihat (pemandangan) seperti hari ini, dan tidak pernah kulihat kulit yang tersimpan sebagus ini" maka terpelantinglah Sahl.
Kemudian Rasulullah Saw mendatangi Amir. Dengan marah beliau bersabda "Atas dasar apa kalian mau membunuh saudaranya? Mengapa engkau tidak memohonkan keberkahan (atas apa yang kau lihat)? Mandilah untuknya!" maka Amir mandi dengan menggunakan suatu wadah air dia mencuci wajahnya, dua tangan, kedua siku, kedua lutut, ujung-ujung kakinya dan bagian dalam sarungnya. Kemudian air bekas mandinya itu di tuangkan kepada Sahl, lantas dia sadar dan berlalulah kepada sesame manusia.
Bukti lain adanya penyakit 'ain juga pernah diceritakan oleh Imam al-Kalbi, beliau berkata "Dahulu ada lelaki dari bangsa Arab yang berdiam diri tidak makan apapun selama dua atau tiga hari, lalu ia berpindah menuju samping tenda (tempat pertapaanya).
Kemudian ia berjalan melewati seekor unta dan seekor kambing (yang mengangkut manusia). Melihat dua hal ini dia berkata "Aku tidak pernah melihat unta dan kambing sebagus unta dan kambing ini" kemudian kedua hewan ini tidak berjalan dengan banyak langkah kecuali sekelompok manusia tadi jatuh dari unta dan kambing itu dalam keadaan meninggal".