Provinsi Sulawesi Barat memiliki bentuk topografi yang bervariasi, dari datar, berbukit sampai bergunung. Sulawesi Barat juga merupakan daerah yang memiliki banyak pegunungan. Jumlah gunung di Sulawesi Barat sekitar 193 buah. Gunung tertinggi adalah Gunung Ganda Dewata dengan ketinggian 3.037 meter di atas permukaan laut yang berada di Kabupaten Mamuju.
Sulawesi Barat juga memiliki banyak sungai yang besar. Kondisi yang sedemikian rupa membuat Sulawesi Barat sangat berpotensi untuk dikembangkan baik dari segi penggunaan lahan, infrastuktur, maupun wisatanya. Dalam mengembangkan potensi, hal yang pertama adalah memetakan kondisi di lapangan. Dalam memetakan kondisi di lapangan diperlukan seorang konsultan pemetaan.
Kegiatan ekonomi masyarakat Sulawesi Barat ditopang oleh sektor pertanian, kehutanan dan perikanan (41,53%), disusul oleh sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor (10,37% dan sektor industri pengolahan (10,08%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan menyumbang penghasilan terbesar.
Perlu adanya kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan produktivitas sektor-sektor ini. Bagi sektor pertanian dapat dilakukan identifikasi fase tanam padi untuk monitoring dan peramalan sehingga didapatkan jumlah produksi padi tiap tahunnya yang selanjutnya digunakan untuk perencanaan guna mewujudkan ketahanan pangan daerah.
Untuk sektor perikanan dapat dilakukan identifikasi daerah tangkapan ikan yang akan mempermudah nelayan untuk mencari ikan. Informasi mengenai fase tanam padi dan daerah tangkapan ikan dapat diperoleh dari citra satelit. Pengolahan citra satelit hanya bisa dilakukan oleh ahli sehingga informasi yang didapatkan pun akurat. Ahli tersebut dapat ditemukan pada konsultan pemetaan.
Kepala BPBD Provinsi Sulawesi Barat menuturkan bahwaa Sulawesi Barat memiliki banyak sekali potensi bencana. Bencana-bencana tersebut adalah banjir, tanah longsor, gelombang pasang dan abrasi, gempa bumi, kekeringan, epidemi dan wabah penyakit, cuaca ekstrim, tsunami, likuifaksi, serta kebakaran hutan dan lahan.
Saat sudah diketahui potensi bencana di Sulawesi Barat hendaknya dilakukan skenario mitigasinya. Pemetaan potensi bencana dan skenario mitigasi dapat diperoleh dari pengolahan data citra satelit, drone, batimetri, dan lain sebagainya.
Penggunaan drone pada mitigasi bencana dapat dilakukan untuk rapid mapping setelah terjadi bencana. Hal ini digunakan untuk mengetahui kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana serta untuk melakukan perencanaan revitalisasi daerah bencana. Rapid mapping ini dapat dilakukan oleh konsultan pemetaan.
Nah, begitulah kondisi Sulawesi Barat dan potensinya yang ditemukan tim Global Eksplorasi Indonesia. Semoga bisa menjadi referensi bagi kita semua.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H