Lihat ke Halaman Asli

Devi Zafiratuqa R

FV/ TKG/ 009/ D1.11

Meningkatkan Kesadaran Sosial Anak Melalui Pendidikan Anak Usia Dini

Diperbarui: 12 Juni 2022   01:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Anak sejatinya adalah generasi penerus bangsa dimana masa depan bangsa ini tergantung padanya. Pada usia 0-4 tahun merupakan masa keemasan anak yang artinya pembentukan karakter anak pada masa ini akan sangat mempengaruhi pada masa mendatang. Pembentukan karakter anak dilakukan melalui lembaga Pendidikan Anak Usia Dini. Lembaga Pendidikan Anak Usia Dini merupakan sebuah lembaga pendidikan formal, nonformal, atau informal untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak agar memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Membahas mengenai pendidikan usia dini, perlu didefinisikan mengenai apa arti pendidikan itu sendiri. Pendidikan merupakan upaya untuk mengoptimalkan perkembangan anak, termasuk didalamnya perkembangan sosial, emosi, dan fisik. Dengan demikian peran orangtua sebagai pendidik terdekat anak tentu saja tidak bisa dilakukannya sendiri. Institusi pendidikan seperti satuan PAUD dan lembaga pendidikan usia dini lainnya adalah suatu pilihan.

Kendati demikian, kesadaran mengenai pendidikan anak usia dini masih cukup rendah terutama di daerah pelosok. Hal ini terbukti data dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemenristek) yang menunjukkan dari 30 juta anak usia 0-6 tahun, baru 50% saja yang sudah terlayani PAUD. Terutama terdapat pada daerah terpencil di luar Pulau Jawa. Hal ini dikarenakan kurang meratanya infrastruktur pendidikan akibat keterbatasan alokasi anggaran maupun tantangan geografis wilayah Indonesia. Hal ini merupakan paradoks mengingat PAUD merupakan tempat bermain sekaligus belajar anak bersosisalisasi dengan sesamanya. Selama proses bermain dan bersosialisasi ini disisipkan pula pendidikan karakter dan kesadaran sosial di samping memberikan pengetahuan kognitif.

Kesadaran masyarakat Indonesia terhadap pendidikan pra sekolah sebetulnya sudah mulai meningkat, namun standarisasi penyelenggaraan lembaga PAUD masih menjadi persoalan termasuk pro-kontra pemberian pengetahuan kognitif pada anak usia dini. Pro-kontra yang terjadi disini selalu memperdebatkan tentang kapasitas anak usia dini sebaiknya mendapat porsi pengetahuan kognitif yang lebih besar atau pendidikan karakter, atau bisa pula hanya fokus pada masa bermain anak. Semua hal tersebut tentu memiliki kelemahan dan keunggulan masing-masing. Idealnya  masa usia dini anak selain dihabiskan untuk bermain, juga harus mendapat tambahan pengetahuan kognitif sekaligus pendidikan karakter yang tentunya disesuaikan porsi usia anak.

Pembahasan kali ini menekankan kepada kepekaan kesadaran sosial pada anak usia dini melalui pendidikan PAUD. Salah satu caranya dengan menumbuhkan rasa empati terhadap orang lain. Seperti mengurangi anak bermain gadget diganti dengan interaksi sesama teman. Bisa juga dengan memberikan berbagai permainan seperti tarik tambang, petak umpet, dan lain sebagainya. Dengan konsep sederhana ini, kita secara eksplisit mengajarkan adanya usaha untuk mematuhi aturan main dimana dalam aturan permainan terdapat menang dan kalah serta aturan permainan lainnya yang dengan kesadaran harus dipatuhi. Dengan begitu, mereka dapat merasakan hak-hak sosial dari berbagai interaksi dan persahabatan di lingkungannya. Permainan kelompok yang melibatkan banyak anak menyadarkan akan pentingnya kerjasama, kekompakan, dan kekeluargaan dalam permainan itu sendiri.

Terlepas dari hal sederhana seperti itu, bentuk kesadaran sosial yang digunakan seseorang dapat dipengaruhi oleh 3 aspek, antara lain kognisi, tujuan, dan motivasi. Ini menunjukkan bahwa sistem kognitif setiap orang berbeda dan akan mempengaruhi kesadaran sosialnya dalam interaksi sosial. Dalam pendidikan anak usia dini memberikan waktu untuk bercerita juga dapat menumbuhkan kesadaran sosial anak. Guru dapat membacakan buku-buku seperti dongeng, ketika sudah selesai membaca cerita guru dapat berhenti dan menunjukkan reaksi karakter tersebut dan menanyakan kepada anak-anak bagaimana perasaan mereka atau hal apa yang dilakukan jika mereka berada pada situasi yang sama. Melatih cara mengungkapkan emosional anak dengan media menarik seperti ini dapat meningkatkan kepekaan terhadap situasi dan kondisi sosial di sekitarnya.

Kesadaran sosial pada anak usia dini sangat menentukan kesuksesan di masa depannya, karena dasar karakter mentalitas yang terbentuk pada anak usia dini akan terbawa serta sulit dirubah ketika ia sudah menginjak masa dewasa dan tentunya akan mempengaruhi arah pola pikir dalam menyikapi berbagai situasi dimasa yang akan datang.




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline