Lihat ke Halaman Asli

Sukses, tapi Apakah Bahagia?

Diperbarui: 24 Juni 2015   05:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Kompasioner percakapan apa yang muncul dalam jiwa kita, ketika ada kalimat diatas?

Setelah saya bertemu dengan beberapa orang disekitar yang ada dikehidupan saya, akhirnya saya tahu betapa banyak orang yang mengaku sukses (sukses mendapatkan atau mencapai sesuatu yang diinginkan), tapi tidak kunjung bisa merasakan kebahagiaan. Kebahagiaan menjelma menjadi barang langka yang sulit dicari di zaman ini. Jika kita mau dengan jujur menelaah kejadian-kejadian di sekitar kita, begitu banyak data dan fakta kehidupan yang bercerita kepada kita bahwa uang, jabatan, ketampanan, kecantikan "saja" telah gagal membuat manusia bahagia. Bahkan tidak sedikit orang sengaja ingin mengakhiri hidup, karena bagi mereka hidup tidak ubahnya sebagai masalah besar. Hidup adalah lari dari satu masalah ke masalah lain. Bahkan mereka-mungkin kita- merasa bahwa permasalahan hidup kita paling berat diantara manusia lain di dunia.

Beberapa manusia dimuka bumi ini, pasti pernah bahkan sering bangun pagi hari dengan mengeluh dalam hati " Ya Tuhan ...... kok udah pagi lagi??" Senyum mentari dipagi hari agaknya sama sekali tidak menolong kita untuk tersenyum menyambut hidup ini. Kesempatan hidup "lagi" justru membuat hati kita menjerit seakan kita akan memasuki lorong kehidupan yang gelap, menyeramkan, dan menggelisahkan. Kita memandang hidup sebagai beban yang tidak bisa dihindari.

Terkadang kita sampai merasa begitu terpenjara dengan permasalahan kehidupan yang justru membuat kita lupa untuk menjalani hidup kita. Kita lupa merenung dan mencari makna sejati dari dari hidup kita ini. Kita selalu merasa bahwa hidup ini penuh dengan permasalahan, kita benar-benar tenggelam dalam lautan masalah, dan celakanya kita selalu merasa seakantidak memiliki pilihan untuk keluar dari permasalahan hidup. Mungkin di usia berapa pun kita sekarang, selama itulah kita membenci kehidupan, membenci orang-orang dalam hidup kita. Kita membenci takdir hidup kita bahkan kadang kita membenci tuhan yang kita anggap tidak adil.

Dalam proses mendalami makna "sukses" dan "bahagia" saya sangat terkesima dengan sebuah kata bijak yang mengatakan" Success is to get whatever you want, and happiness is to love whatever you got".

Sebesar apapun permasalahan yang kita hadapi toh kita harus tetap hidup sampai waktu kehidupan kita berakhir. Kita toh harus tetap berjalan menyusuri waktu yang tersisa yang diberikan Tuhan untuk kita, karena kita tidak bisa sama sekali mempercepat atau menyegerakan usia kita.Mau bunuh diri kaya gimana juga, kalau belum ajal ya gak bisa "mati" toh ?? bunuh diri amit-amit deh.

Buat saya, hidup bukanlah permasalahan, buat saya hidup adalah pengalaman. Hidup di dunia hanyalah soal cara pandang. Kita sering tidak merasa bahagia karena kita sering melihat hidup kita dari sudut pandang yang terbatas. ada kutipan kata bijak yang sangat indah dari salah satu buku yang pernah saya baca mungkin kita juga sering dengar, kata bijak itu me-reframe filosofi saya tentang sukses versus kebahagiaan. Kata bijak itu berbunyi" Jangan hanya mengatakan 'Ya tuhan, saya punya masalah yang besar', tetap katakanlah ' Hai masalah aku punya Tuhan Yang Maha Besar'."

Jadi jangan kita melihat masalah berat sebagai akhir dari segalanya, tetapi bahwa kita memiliki Tuhan Yang akan selalu menolong kita.

Salam Hangat,

Indahnya Berbagi  ^_^

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline