Lihat ke Halaman Asli

FACIUS CHANGE

Jurnalwan

Mengikut Yesus dan Memikul Salib

Diperbarui: 9 November 2023   16:05

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Saudara-saudari yang dikasihi oleh Tuhan Yesus Kristus, hari ini kita telah memasuki hari minggu ke-III setelah Trinitas. Minggu yang memperingati akan ke Tritunggalan yang maha kudus. Sedemikian dengan firman Tuhan yang menyapa kita pada hari ini, yang terdapat di dalam kitab (Matius 10:32-39). Merupakan nats yang dipahami sebagai sebuah peringatan dan peneguhan bertahan dalam mengingat akan sang Cristo (Kristus) yang telah datang ke dunia ini. Yesus memikul dan menahan rasa penderitaan yang melalui darahNya yang suci tersebut dan Tubuh-Nya yang kudus. Peringatan dan larangan ini disampaikan kepada murid Yesus setelah mengalami pemilihan dan memberi perintah, adapun nats kitab ini ingin membawa kita pada sebuah penggambaran akan tantangan mengikut dan juga menjadi bagian dari Yesus Kristus, merasakan rasa sakit yang sama.

Serta kita berkorban sama dengan sepertinya, yang telah berkorban lebih dulu kepada manusia, adapun Matius ingin menyatakan akan ke-Trinitasan Tuhan yang omnisere (maha kudus), ia telah datang sebagai Mesias, datang untuk melayani dan merasakan penderitaan manusia anaknya yang dikasihiNya. Dan nats ini membawa manusia dalam menyadarkan dirinya sabagai ciptanNya. TUHAN sendiri, masih memperdulikan kehidupan umat yang dikasihinya. Adapun firman Tuhan ini ingin menyadarkan diri manusia atas pengakuan, perintah-perintah dan peneguhan terhadap diri manusia, dalam mempercayai TUHAN Yesus Kristus sang juru selamat dan mengakuinya, ialah yang hanya mampu menahan rasa sakit di dunia ini, namun apakah manusia menjadi mampu dalam mengikuti dan memikul salib-Nya sendiri?

Saudara-saudari yang dikasihi dalam Kristus Yesus, kita mengetahui bahwa dalam diri manusia, dalam proses hidupnya tidak akan lepas dengan kata “Penderitaan” banyak sekarang di kehidupan manusia yang telah semakin marak mengalami penderitaan yang begitu hebat ketika, rasa penderitaan semakin menjadikan manusia lepas akan hubungan dengan TUHAN Allah sendiri, begitu banyak manusia sekarang yang menganggap bahwa Tuhan, tidak mengetahui apa yang telah ia rasakan. Sehingga menganggap bahwa TUHAN itu hanya orang yang selalu senang ketika umatnya menderita, manusia itu rapuh akan rasa menyalahkan dirinya dan juga penciptanya, namun ia tidak mengetahui bahwa TUHAN telah merasakan penderitaan lebih dahulu dibanding umatnya, atas dasar ini firman TUHAN yang ingin meneguhkan kita sekali lagi, yaitu dengan menyatakan bahwa sebuah penderitaan itu adalah sebuah penggambaran akan, Yesus sendiri. Ketika ia datang ke dunia ini ia meninggalkan ke-Trinitasan dirinya. Ia datang bukan menjadi seseorang penguasa namun menjadi sesorang pelayan, banyak yang tidak menghargai dan menghina sampai seseorang pelayan pun tidak di hargai di tempatnya sendiri.

Ketika dalam sebuah penderitaan, semakin percaya kepada Yesus, kita menjadi lebih jatuh dalam sebuah kegagalan dan percobaan namun, dengan kita percaya kepada Yesus Kristus kita dapat semakin dapat memuliakannya. Sebagai orang yang mengasihi kita yang lebih dulu Ia merasa penghinaan, penghianatan, rasa kecewaan yang ini sendiri diberikan oleh umat yang di cintaiNya, penghinatan, penyangkalan yang sama dilakukan Petrus kepada orang yang dikatakan mengasihi Yesus, Yudas pembohong, penipu ia memberi rasa sakit itu Kepada Yesus. Sehingga kita lupa menyadari penderitaan kita di dunia ini, cuma sementara.

Saudara-saudari terkasih perintah Yesus dalam nats ini memperingatkan agar umat percaya, bahwa dia bukan menjadi pembawa damai namun ia akan menjadi pemisah dalam bahasa Yunani dikatakan “μάχαιραν machairan”. Dalam hal ini bukan secara langsung kita memahami bahwa ia datang untuk memisahkan namun melalui hal ini Tuhan datang ke-dunia, untuk menjadi pemilih dalam kehidupan manusia itu sendiri, Yesus memaksudkan hal ini yaitu untuk menyatakan bahwa dia yang datang ke dunia menunjukan akan ke-Trinitasan dirinya memberikan pilihan kepada manusia bahwa dialah yaitu “Yesus Kristus yang memperlihatkan, dan memilih dan mempersilahkan manusia untuk masuk ke dalam surga Bapanya, sehingga melalui sebuah penderitaan kita mampu bertahan dalam segala hal dalam hidup ini.

Namun hal ini tidak dapat dinyatakan jika manusia itu sendiri masih belum mengakui Tuhannya sendiri. Di dalam kehidupannya banyak manusia yang tidak mengakui Tuhannya sendiri, ia menyangkal Tuhannya sendiri sebagai contoh ketika seseorang yang malu mengakui ia Kristen saat ia sudah berada di daerah mayoritas ia tidak mengakui hakikatnya sebagai Kristen.  Ia takut apabila ia mengakui agamanya maka akan banyak yang akan mengucilkan dan menjahui, tentunlah hal ini banyak kita jumpai di dalam kehidupan manusia zaman sekarang. Ketika ia lebih senang merendahkan Tuhan-Nya dengan tidak menganggap keberadaannya dibanding mengakui sebagai pengikut Kritus, bahkan karena mengikuti Tuhan bisa saja kita bisa dijahui saudara dan keluarga kita. Ketika keluarga beranggapan “terlalu religus kamu memperdulikanTuhanmu, sedangkan kamu dalam penderitaan dan kesusahan, sama halnya ini yang dihadapi oleh Ayub tetapi firman Tuhan berkata dalam (Matius 5:11), telah mengatakan “berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat”, dengan demikian melalui hal ini kita umat percaya seharusnya mengakui keberadaan-nya dan menjadikan dia Tuhan kita. Lebih mengakui kita dan memikul beban salib kita dibanding kita yang memikul salib kita. Pada dasarnya kita akan akan meninggalkan semua kehidupan di dunia ini, baik hubungan kita dengan keluarga dan juga kepada orang yang kita kasihi karena kita harus memikul salib kita sendiri seperti dikatakan melalui (Matius 10:38), karena dengan berharap juga menjadi cara kita dalam merasakan kasih Tuhan yang telah menjulang nyata.

Saudara-saudari kekasih jika kita mau mengikuti dia tentulah kita harus meninggalkan segala hal, yang ada dalam hidup kita ini bukan hanya hidup dalam keduniaan, tetapi kita mampu menerima segala rasa sakit, rasa kecewaan, rasa ketidak mampuan yang kita punya. Yesus sudah lebih dulu merasakan perasaan itu semua, kita belum sebanding dengan apa yang ia rasakan, memang tentulah banyak di antara kita yang secara rohani pasti sudah lelah secara keimanan, pasti kita akan berkata “TUHAN mengapa engkau memberi banyak percobaan untuk ku sedangkan aku sealalu mengikuti mu? Di dalam hidup kita akan selalu jumpa dengan berbagai masalah tetapi ingat, namun Yesus sendiri sampai sekarang belum berhenti mengakui kita dalam dirinya, walaupum engkau di cela, walaupun kamu di hina hanya karena mengikuti dia, janganlah berhenti percaya, mengikut dia sang jurus selamat dia ada adalah ketika kita mampu mengakui dia sebagai Kristus sendiri. Biarlah penderitaan datang menghinggapi kita namun cintanya kita kepadanya tidaklah pudar, karena hidup ini bukan sekedar kita mampu bertahan. Namun, ketika kita dapat menjadi bagian dari Kristus itu sendiri mengakui dia di dalam segala pergumulan hidup kita sebagai manusia yang tidak hidup dari rasa penderitaan, tetapi hidup dalam salib yang menjulang nyata ke dalam seluruh baka dunia.

Penulis: Boni Fasius Sihombing 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline